Manado (ANTARA) - Badan Kerja Sama Antarumat Beragama (BKSAUA) Sulawesi Utara (Sulut) mengatakan, peledakan bom di lokasi Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan merupakan bentuk kekerasan dan pengingkaran terhadap kebhinekaan.

"Selain itu juga sebagai bentuk kekerasan dan pengingkaran kebebasan beragama, berkeyakinan dan peribadahan, dan pelanggaran atas Hak Asasi Manusia (HAM) yang telah menelan korban fisik," ujar Ridwan Sofian mengatasnamakan Ketua BKSAUA Sulut di Manado, Selasa.

BKSAUA juga menolak segala bentuk kekerasan dan pengingkaran terhadap kebhinnekaan dan kebebasan beragama, berkeyakinan dan peribadahan. 

"Kami mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk terus mengusut secara tuntas tindakan-tindakan pengeboman, baik di tempat-tempat peribadahan agama atau pun kegiatan-kegiatan sosial dan religius di mana pun juga di negeri kita tercinta," sebutnya.

Wadah keberagaman umat beragama di provinsi berpenduduk lebih dari 2,6 juta jiwa itu menyampaikan rasa empati dan keberpihakan penuh kepada setiap 

umat beragama dan warga negara yang menjadi korban tindakan pengingkaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia dan hak asasi warga negara.

"BKSAUA mengajak untuk meneguhkan kebhinnekaan masyarakat dan bangsa Indonesia," katanya.

Masyarakat Indonesia khususnya di Provinsi Sulut diajak senantiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kejadian - kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi serta menjadikan bangsa ini aman, berdamai dan sejahtera. 

"Kami mengimbau seluruh pimpinan agama yang ada di Provinsi Sulut untuk menjaga keamanan tempat ibadah masing - masing umat beragama," ajaknya.***3***

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024