Manado (ANTARA) - Akademisi FISIP Universitas Sam Ratulangi Manado, Dr Ferry Liando mengatakan, angka partisipasi pemilih di pilkada Sulawesi Utara turun karena tugas Bawaslu intensif mencegah politik uang.
"Bagi kalangan lain ini negatif (angka partisipasi rendah atau turun). Sepertinya kenapa turun karena kerja-kerja bawaslu semakin intens dalam rangka salah satunya mencegah politik uang," kata Dr Ferry di Manado, Kamis.
Dia mengatakan, pada tahun 2015 dirinya melakukan penelitian tentang faktor-faktor faktor orang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan salah satunya karena politik uang.
"Tapi sekarang dengan intensifnya Bawaslu melakukan pencegahan politik uang, partisipasi orang ke TPS rendah tapi semakin berkualitas," ujarnya.
Ferry menegaskan, kualitas pemilu bukan ditentukan oleh berapa tingginya angka partisipasi pemilih tapi kualitas dari pemilih itu sendiri.
"Rendahnya 40 persen, 50 persen itu tidak masalah, yang penting mereka datang ke TPS bukan diintimidasi, bukan faktor mobilisasi," katanya menegaskan.
Manakala politik uang dicegah melalui proses pendidikan yang dilakukan Bawaslu Sulut, sepertinya praktik politik uang berkurang.
"Konsekuensi adalah orang-orang tidak lagi berniat datang memilih. Mana yang bagus, partisipasi tinggi tapi dibayar, dimobilisasi, atau partisipasi rendah tapi pemilihnya adalah pemilih rasional," katanya menambahkan.
Dia berharap, peran-peran inovatif yang dilakukan Bawaslu Sulut dalam melakukan pencegahan harus diapresiasi karena pada akhirnya berbuah pada kualitas pemilih itu sendiri.
Angka partisipasi pemilih pada pilkada Sulut turun menjadi 76,62 persen bila dibandingkan dengan angka partisipasi pada pemilu Februari 2024 lalu yang mencapai 83 persen.