"Itu komplementer (pelengkap) saja, komplementer untuk yang tidak bisa dilayani SATRIA-1," kata Nezar di Jakarta, Jumat.
Nezar menyampaikan bahwa layanan SATRIA-1 yang dikelola oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki kapasitas total 150 Gbps.
Dengan kapasitas tersebut, ada 37 ribu titik fasilitas publik yang bisa mengakses layanan internet dari SATRIA-1.
Fasilitas publik yang terjangkau layanan telekomunikasi satelit itu mencakup fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kantor pemerintahan, serta kantor-kantor keamanan di wilayah perbatasan.
"Jadi, mungkin ada juga daerah-daerah yang enggak bisa dijangkau oleh SATRIA-1 ini, sehingga membutuhkan koneksi yang lain. Dan ini jadinya komplementer saja dengan Starlink," kata Nezar.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 20 Mei 2024 mengumumkan kerja sama dengan Starlink untuk menyediakan layanan internet bagi puskesmas-puskesmas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan.
Uji coba layanan internet Starlink telah diuji coba di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod di Denpasar serta Puskesmas Pembantu Bungbungan di Klungkung, Bali.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kolaborasi dengan Starlink dilakukan untuk menyediakan akses internet bagi puskesmas-puskesmas yang belum terjangkau layanan internet.
"Dari 10.000 puskesmas yang ada di Indonesia, sekitar 745 tidak memiliki akses internet sama sekali dan 1.475 memiliki akses internet yang terbatas. Semuanya tersebar di 7.000 pulau di Indonesia," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamenkominfo: Starlink pelengkap SATRIA-1 dalam melayani puskesmas
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamenkominfo: Starlink pelengkap SATRIA-1 dalam melayani puskesmas