Manado (ANTARA) - Direktur Perkumpulan Kelompok Pengelola Sumberdaya Alam (Kelola), Dr. Rignolda Djamaluddin, menyebutkan Indonesia menjadi penting mendukung konservasi pesisir dan laut di kawasan ASEAN.
"Kenapa Indonesia menjadi penting? Karena Indonesia dengan potensi yang begitu luas apalagi selevel ASEAN, sangat beruntung karena menyebabkan kita memiliki keanekaragaman tinggi," ujar Rignolda, Selasa.
Karena itu, manakala berbicara ekosistem laut, jangan dibatas-batasi karena ada sumber daya laut yang bergerak melintas ke wilayah lain.
"Ini perlu ada komitmen bersama, kalau tidak, bisa menjadi persoalan. Indonesia bisa mendorong kerja sama perlindungan sumber daya kita," ujarnya.
Karena dengan luas yang ada, masih banyak celah atau titik-titik dimana kita masih sering bertemu dengan persoalan pencurian ikan Natuna, di perairan laut Sulawesi bagian utara atau ke sebelah barat ada di wilayah pasifik barat.
"Masih ada masalah di situ sehingga perlu bicara bersama," katanya.
Hal lain menurut dia yang perlu dibicarakan bersama di kawasan ASEAN adalah sampah yang melintas wilayah perairan antarnegara.
"Ini juga bisa dibangun kesepakatan bersama berkaitan dengan penanganannya. Jangan kemudian satu negara mendapatkan beban karena negara lain tidak mengurus persoalan sampah bahkan laut dijadikan media untuk mengurus itu," katanya menambahkan.
Menurut Rignolda, dalam konteks mengurus ekosistem pesisir dan laut, semisal antara Indonesia dengan Filipina maka secara oseanografi jelas sekali.
"Kita menerima arus dari pasifik bagian barat yang datang dari sebelah utara kemudian melintas masuk Sulawesi dan terus ke selat Makassar dan nanti bertemu masa air dari laut Jawa, Cina Selatan dan Samudera Hindia," ujarnya.
Artinya, dari konteks arus, apalagi kalau bicara di utara misalkan perairan Natuna, ada banyak negara di sana.
"Dalam hal mengurus sumber daya dan melindungi sumber daya harus ada komitmen antarnegara, tidak bisa satu negara kuat, lainnya tidak komitmen, ini memang tidak gampang," ujarnya lagi.
Rignolda tetap optimistis apabila semua negara di kawasan ASEAN misalkan bekerja bersama, memiliki kepedulian bersama, maka penyelamatan pesisir dan laut bisa diwujudkan.
"Misalkan kita secara bersama-sama berperang terkait perubahan iklim, tidak bisa sepihak. Perusakan mangrove dan terumbu karang akan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Negara yang untung secara ekonomi membantu dari sisi keuangan. Saya kira tidak ada yang harus ditangani sendiri, harus bersama-sama," katanya menegaskan.
Indonesia menurut dia, harus menjadi inisiator karena memiliki garis pantai besar, kemudian berada di antara dua benua dan dua samudera serta paling dekat dengan ekuator sehingga terhindar dari badai-badai seperti terjadi di negara lain.
"Tanggung jawab keanekaragaman hayati Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab sendiri Indonesia, tetapi juga terkait dengan ASEAN," sebutnya.