Manado (ANTARA) - Bupati Minahasa Utara Joune J.E, Ganda mengharapkan Bunda Tim Pendamping Keluarga (TPK) menjadi agen dan pelopor penanganan stunting di daerah itu.
"Terpenting dalam penanganan masalah stunting adalah melakukan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko stunting," kata dia di Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Senin (27/3).
Ia mengatakan pentingnya informasi dan sosialisasi akan bahaya stunting dan penanganan yang harus sampai desa-desa.“Dengan adanya TPK yang langsung turun di lapangan dan mengetahui masalah yang ada di lingkup terkecil di tingkat desa dan kelurahan hingga keluarga," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, bukan hal yang mustahil target 14 persen penurunan stunting di Indonesia tahun 2024 bisa tercapai.Bupati Joune Ganda menyampaikan apresiasi kepada BKKBN Provinsi Sulawesi Utara atas pengukuhan Bunda Tim Pendamping Keluarga Minahasa Utara.
"Selamat bekerja, berkarya, dan mengabdi untuk Minahasa Utara hebat bebas stunting," kata dia.
Bunda TPK Kabupaten Minahasa Utara Rizya Ganda Davega mengatakan pengukuhan ini penting dalam usaha untuk menekan angka stunting.
"Saya berharap seluruh TPK kabupaten dan kecamatan yang dilantik bisa menjadi agen dan pelopor penanganan stunting di Minahasa Utara," katanya.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut Lady Ante mengatakan Bunda Tim Pendamping Keluarga Minahasa Utara akan menjadi Duta Penurunan Stunting untuk mengatasi dan mencegah stunting.
Ia mengatakan saat ini Kabupaten Minahasa Utara merupakan kabupaten pertama di Provinsi Sulut yang telah memiliki Bunda Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebagai upaya dalam percepatan penurunan stunting.“Minut (Minahasa Utara) adalah pionir, karena merupakan yang pertama di Sulut,” ujarnya.
Pemerintah telah menetapkan stunting sebagai prioritas nasional, tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Hal ini merupakan wujud komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2022, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 21,6 persen, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dalam melakukan intervensi agar anak tidak sampai stunting.