Manado (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ketimpangan antara si kaya dan si miskin di wilayah perkotaan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) semakin besar pada September 2019.

"Ketimpangan tersebut tercermin pada gini rasio di daerah perkotaan mengalami kenaikan 0,006 poin dibandingkan Maret 2019 menjadi 0,375. Artinya, ketimpangan pengeluaran antara si kaya dan si miskin di perkotaan semakin membesar," kata Kepala BPS Sulut Dr Ateng Hartono di Manado, Rabu.

Ateng mengatakan sedangkan, gini ratio di daerah perdesaan tidak mengalami perubahan dari Maret 2019 yang sebesar 0,346.

Gini ratio Provinsi Sulut September 2019 sebesar 0,376. Dibandingkan dengan nilai Maret 2019, gini ratio September 2019 secara total mengalami kenaikan 0,009 poin.

Dia menjelaskan gini ratio September 2019 masih dikategorikan ke dalam kelompok ketimpangan sedang atau suatu wilayah dikatakan mempunyai ketimpangan yang tinggi jika gini ratio melebihi angka 0,5.

Selain gini ratio, katanya, ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia.

Berdasarkan ukuran ini, tingkat ketimpangan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen.

Pada September 2019, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah berada pada kategori ketimpangan rendah, yakni sebesar 17,38 persen.

Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada September 2019 ini menurun 0,35 poin jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2019 dan naik 0,18 poin jika dibandingkan dengan kondisi September 2018.

Dilihat menurut daerah tempat tinggal, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada September 2019 adalah sebesar 17,12 persen.

Sementara persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perdesaan tercatat sebesar 18,75 persen. Dengan demikian, menurut kriteria Bank Dunia maka daerah perkotaan dan perdesaan memiliki ketimpangan rendah.

Seperti yang telah disebutkan bahwa indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan berguna untuk mendeteksi sebaran antar penduduk miskin. Kedua indeks tersebut tidak mampu menggambarkan ketimpangan si kaya dan si miskin.

Menurut Antonio Carrales, seorang profesional ekonomi di University College London, Gini Ratio menyediakan indeks untuk mengukur ketimpangan tersebut. Gini Ratio dimaknai sebagai sebuah alat ukur tingkat kesenjangan sosial di masyarakat.

Indeks ini menggunakan ukuran skala 0 sampai dengan 1, yaitu angka 0 menunjukkan tidak adanya kesenjangan sosial di masyarakat dan angka 1 menunjukkan adanya kesenjangan sosial yang ekstrem di masyarakat.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw

Copyright © ANTARA 2024