Manado (ANTARA) - Bank Indonesia menilai pergerakan harga tomat sayur harus diwaspadai oleh seluruh pemangku terkait di Kota Manado, Sulut, terutama memasuki periode permintaan tinggi pada akhir 2019.

"Tomat sayur hampir setiap bulan menjadi pemicu inflasi atau deflasi di Kota Manado, sehingga perlu mendapat perhatian lebih lagi," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat di Manado, Selasa.

Dia mengatakan Provinsi Sulawesi Utara mencatat deflasi sebesar 1,03 persen pada September 2019. Pemicu terbesar adalah turunnya harga komoditas tomat sayur.

"Perlu dirumuskan langkah-langkah dan strategi yang tepat, khususnya dalam menjaga ketersediaan stok dan kelancaran distribusi demi mendukung keterjangkauan harga di tengah potensi permintaan tinggi pada triwulan IV 2019,” jelasnya.

Memperhatikan perkembangan inflasi hingga September 2019, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut optimistis tingkat inflasi Sulawesi Utara pada 2019 dapat dikendalikan dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,5 ± 1 persen (yoy).

Pergerakan harga tomat sayur yang mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut pada Februari-April 2019 kembali terjadi pada periode Juli-September 2019.

“Mengambil pelajaran pada perkembangan harga pada bulan Mei dan Juni 2019, dapat dilihat adanya potensi pembalikan harga (price reversal) tomat sayur pada bulan Oktober-Desember 2019 yang merupakan periode permintaan tinggi terhadap tomat,” paparnya.

Potensi pembalikan tersebut juga terlihat dari pantauan di lapangan yang menunjukkan berkurangnya insentif petani untuk panen tomat karena harga komoditas tersebut saat ini sudah mencapai titik terendahnya.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw

Copyright © ANTARA 2024