Manado, (Antaranews Sulut) - Anggota Komisi VII DPR RI, Dr. Bara Krishna Hasibuan Walewangko, Sabtu (19/1) gelar sosialisasi empat pilar kebangsaan, di Girian Indah, Bitung.
Bara menyosialisasikan empat pilar kebangsaan kepada para tokoh agama dan pemuka gereja di wilayah Kota Bitung, termasuk sejarah keberadaan pilar kebangsaan serta mengajak untuk selalu menjaga dan mengamalkan Pancasila.
"Kita banyak mendengar berbagai kejadian intoleransi yang masih terjadi, di Indonesia seperti penutupan rumah ibadah, seperti yang masih hangat dua gereja ditutup di Sumatera Utara, itu sangat saya sesalkan," kata Bara, di Bitung.
Sosialisasi pilar kebangsaan di Girian Indah Bitung. (Jo) (1)
Dia mengatakan, hal hal seperti itu terjadi karena masyarakat masih kurang paham dalam melaksanakan Pancasila, sebab itulah perlu disosialisasikan terus menerus.
"Empat pilar kebangsaan itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka tunggal Ika, yang harus dijaga bersama," katanya.
Bara juga menghangatkan ingatan masyarakat, tentang sejarah berdirinya negara yang dibangun atas dasar keragaman, dimana para "founding father" memilih mengesampingkan dominasi tertentu dan menjadikan Pancasila sebagai dasar, demi persatuan dan kesatuan.
Sosialisasi pilar kebangsaan di Girian Indah Bitung. (Jo) (1)
"Karena itulah maka Pancasila menjadi way of life juga tiga pilar lainnya lahir dari hasil pemikiran tentang paham kebangsaan dan persatuan, yang harus dipertahankan," katanya.
Dalam sosialiasi empat pilar itu, dia juga menyebutkan nama-nama para pendiri bangsa yang juga berasal dari berbagai latar belakang agama, seperti Mr. AA. Maramis, Latuharhary dan nama-nama lainya yang menunjukan keragaman suku agama dan budaya.
Sementara sosialiasi juga berlangsung tanya jawab, serta dialog tentang pilar kebangsaan.***
Bara menyosialisasikan empat pilar kebangsaan kepada para tokoh agama dan pemuka gereja di wilayah Kota Bitung, termasuk sejarah keberadaan pilar kebangsaan serta mengajak untuk selalu menjaga dan mengamalkan Pancasila.
"Kita banyak mendengar berbagai kejadian intoleransi yang masih terjadi, di Indonesia seperti penutupan rumah ibadah, seperti yang masih hangat dua gereja ditutup di Sumatera Utara, itu sangat saya sesalkan," kata Bara, di Bitung.
Dia mengatakan, hal hal seperti itu terjadi karena masyarakat masih kurang paham dalam melaksanakan Pancasila, sebab itulah perlu disosialisasikan terus menerus.
"Empat pilar kebangsaan itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka tunggal Ika, yang harus dijaga bersama," katanya.
Bara juga menghangatkan ingatan masyarakat, tentang sejarah berdirinya negara yang dibangun atas dasar keragaman, dimana para "founding father" memilih mengesampingkan dominasi tertentu dan menjadikan Pancasila sebagai dasar, demi persatuan dan kesatuan.
"Karena itulah maka Pancasila menjadi way of life juga tiga pilar lainnya lahir dari hasil pemikiran tentang paham kebangsaan dan persatuan, yang harus dipertahankan," katanya.
Dalam sosialiasi empat pilar itu, dia juga menyebutkan nama-nama para pendiri bangsa yang juga berasal dari berbagai latar belakang agama, seperti Mr. AA. Maramis, Latuharhary dan nama-nama lainya yang menunjukan keragaman suku agama dan budaya.
Sementara sosialiasi juga berlangsung tanya jawab, serta dialog tentang pilar kebangsaan.***