Manado, (Antaranews Sulut) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendorong agar petani kopra dapat meningkatkan kualitas produk sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sulut Rafly Ngantung menjelaskan kelapa salah satu komoditas ekspor sehingga harganya sangat tergantung mekanisme pasar dunia (Pasar Roterdam).

"Kita tidak bisa mengatur harganya karena harus melihat kualitasnya," kata Ngantung, di Manado, Sabtu.

Dia mengatakan, pihaknya mendorong petani kelapa di Sulut untuk memperhatikan kualitas kopra agar punya daya saing (kompetitif).

Berbagai langkah diupayakan, katanya, seperti melatih petani kelapa agar lebih kreatif menghasilkan produk turunan kelapa, yakni minyak goreng, VCO, arang aktif, kokopit dan produk lainnya.

"Kita memberikan bantuan alat pengasapan bagi petani kelapa melalui kelompok tani (poktan) 10 unit setiap tahun di daerah sentra kelapa seperti di Minahasa, Minahasa Tenggara (Mitra), Minahasa Utara (Minut) dan Minahasa Selatan (Minsel)," jelasnya.

Selain itu, membentuk korporasi di tingkat desa melalui lembaga ekonomi masyarakat sejahtera yang akan mempermudah akses pasar, modal, sarana produksi dan tekonologi.

"Ada juga bantuan alat pengolah hasil kelapa, seperti mesin pengolah minyak goreng dan mesin pengolah VCO," katanya.

Harga kopra anjlok ini menjadi viral menyusul keluhan petani kelapa asal Mitra, yang mengeluhkan harga kopra turun hingga Rp4.000 per kilogram (kg).?

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw mengatakan harga kopra di sentra perdagangan Kota Manado dan sekitarnya turun dari Rp7 ribu per kilogram menjadi Rp4 ribu per kg.

Dia mengatakan harga kopra yang turun tersebut karena mengikuti pasar internasional.

(T.KR-NCY/C/I007/I007) 23-06-2018 09:41:32

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw

Copyright © ANTARA 2024