Manado (ANTARA) -
Selain sinergisitas para pihak, katanya, perlu juga upaya peningkatan gizi ibu dan anak, kemudahan akses ke layanan kesehatan, serta edukasi masyarakat tentang pola asuh yang sehat.
Angka tersebut turun menjadi 15 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, sedangkan targetnya 17,08 persen.
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara menurunkan angka stunting di daerah tersebut.
"Koordinasi ini penting dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting di Kabupaten Minahasa Tenggara, sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting (RAN-PASTI) Tahun 2021-2024," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulut D Tino Tandaju di Manado, Rabu.
Ia mengatakan sejumlah strategi dan langkah penting harus ditempuh untuk menurunkan angka stunting yang harus disesuaikan dengan kondisi dan tantangan khusus di Kabupaten Minahasa Tenggara.
Penurunan angka prevalensi stunting, kata dia, perlu kerja sama antarsektor terkait sehingga tidak hanya dilakukan pemerintah.
Selain sinergisitas para pihak, katanya, perlu juga upaya peningkatan gizi ibu dan anak, kemudahan akses ke layanan kesehatan, serta edukasi masyarakat tentang pola asuh yang sehat.
"Dalam percepatan penurunan angka stunting memerlukan kerja sama dari seluruh pihak, terutama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi anggota Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Minahasa Tenggara," ujarnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Minahasa Tenggara Helny S Ratuliu mengatakan upaya secara optimal terus dilakukan pemerintah daerah dalam menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.
"Pemerintah daerah serta berbagai pihak terkait siap mendukung langkah-langkah nyata untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan anak-anak di daerah Kabupaten Minahasa Tenggara," katanya.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia 2022, angka prevalensi stunting di Kabupaten Minahasa Tenggara 26,5 persen.
Angka tersebut turun menjadi 15 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, sedangkan targetnya 17,08 persen.