Manado (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara (Sulut) mengajak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Gunung Maria Tomohon ikut mengambil peran menurunkan angka stunting di kota itu.
"Kota Tomohon menjadi satu-satunya kota di Provinsi Sulut dengan capaian angka prevalensi stunting tahun 2022-2023 melampaui target nasional 14 persen," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulut D Tino Tandaju pada kuliah umum bertajuk "Percepatan Penurunan Stunting untuk Mempersiapkan Indonesia Emas Tahun 2045" yang digelar STIK Gunung Maria, Kamis.
Pada tahun 2024, kata dia, target prevalensi stunting yang harus dicapai oleh Kota Tomohon sebesar 9,58 persen. Dia berharap Yayasan Ratna Miriam yang mengelola STIK Gunung Maria juga ikut bertanggung jawab menurunkan angka prevalensi stunting hingga mencapai target 9,58 persen.
Menurunkan angka prevalensi stunting, kata Tino, perlu berkolaborasi dengan berbagai, tidak terkecuali dengan perguruan tinggi melalui implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
"Multi pihak termasuk perguruan tinggi harus berkolaborasi, bersinergi menurunkan angka prevalensi stunting," ujarnya.
Ketua Yayasan Ratna Miriam Sekolah Tinggi Kesehatan (STIK) Gunung Maria, Henny Pongantung memberikan apresiasi atas perhatian pemerintah melalui BKKBN yang sudah berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait program percepatan penurunan stunting dan upaya pencegahannya.
Ia mengatakan STIK siap membantu program percepatan penurunan stunting dengan menandatangani berita acara kerja sama antara Yayasan Ratna Miriam dan Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut.
"Harapan kami ke depan akan menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya dalam menyukseskan program pemerintah dalam penanganan masalah stunting," harapnya.
Kuliah umum tersebut juga dihadiri Sekretaris BKKBN Sulut Lady D Ante, Kadis PPKB Kota Tomohon Mareike Manengkey, Ketua Pokja Advokasi Umum dan Humas Ferrow IR Ratu, Satgas TPPS Sonny Manabung, serta jajaran STIK Gunung Maria.
"Kota Tomohon menjadi satu-satunya kota di Provinsi Sulut dengan capaian angka prevalensi stunting tahun 2022-2023 melampaui target nasional 14 persen," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulut D Tino Tandaju pada kuliah umum bertajuk "Percepatan Penurunan Stunting untuk Mempersiapkan Indonesia Emas Tahun 2045" yang digelar STIK Gunung Maria, Kamis.
Pada tahun 2024, kata dia, target prevalensi stunting yang harus dicapai oleh Kota Tomohon sebesar 9,58 persen. Dia berharap Yayasan Ratna Miriam yang mengelola STIK Gunung Maria juga ikut bertanggung jawab menurunkan angka prevalensi stunting hingga mencapai target 9,58 persen.
Menurunkan angka prevalensi stunting, kata Tino, perlu berkolaborasi dengan berbagai, tidak terkecuali dengan perguruan tinggi melalui implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
"Multi pihak termasuk perguruan tinggi harus berkolaborasi, bersinergi menurunkan angka prevalensi stunting," ujarnya.
Ketua Yayasan Ratna Miriam Sekolah Tinggi Kesehatan (STIK) Gunung Maria, Henny Pongantung memberikan apresiasi atas perhatian pemerintah melalui BKKBN yang sudah berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait program percepatan penurunan stunting dan upaya pencegahannya.
Ia mengatakan STIK siap membantu program percepatan penurunan stunting dengan menandatangani berita acara kerja sama antara Yayasan Ratna Miriam dan Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut.
"Harapan kami ke depan akan menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya dalam menyukseskan program pemerintah dalam penanganan masalah stunting," harapnya.
Kuliah umum tersebut juga dihadiri Sekretaris BKKBN Sulut Lady D Ante, Kadis PPKB Kota Tomohon Mareike Manengkey, Ketua Pokja Advokasi Umum dan Humas Ferrow IR Ratu, Satgas TPPS Sonny Manabung, serta jajaran STIK Gunung Maria.