Manado (ANTARA) - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) melakukan penguatan resiliensi kepada masyarakat di daerah itu dalam beragama.
"Resiliensi adalah bagaimana kemampuan masyarakat untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan beragama," kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bitung Yahya W Pasiak di Bitung, Jumat.
Ia menjelaskan moderasi beragama yang berkembang di masyarakat umum sebagai antitesa dari paham radikalisme.
Menurut dia, salah satu musuh terbesar dari suatu bangsa berupa munculnya paham radikalisme, fanatisme, dan bahkan peperangan.
"Musuh kita sebagai suatu bangsa adalah paham radikalisme, fanatisme, hasrat ingin memusnahkan dan perang, sehingga penguatan resiliensi kepada masyarakat dalam beragama penting untuk dilakukan," ucap dia.
Dia menjelaskan masyarakat Kota Bitung memiliki warisan sejarah dari para leluhur berupa nilai budaya penghargaan dan penerimaan atas segala perbedaan.
Warisan nilai itu, kata dia, patut dilestarikan bahkan digaungkan agar selalu terwujud dalam kehidupan sehari-hari warga.
"Kalau kita tidak menyukai atau bahkan tidak mau menerima perbedaan yang ada di sekitar kita, maka itu adalah tanda bahwa kita tidak mewarisi gen terbaik dari para nenek moyang kita," kata dia.
"Resiliensi adalah bagaimana kemampuan masyarakat untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan beragama," kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bitung Yahya W Pasiak di Bitung, Jumat.
Ia menjelaskan moderasi beragama yang berkembang di masyarakat umum sebagai antitesa dari paham radikalisme.
Menurut dia, salah satu musuh terbesar dari suatu bangsa berupa munculnya paham radikalisme, fanatisme, dan bahkan peperangan.
"Musuh kita sebagai suatu bangsa adalah paham radikalisme, fanatisme, hasrat ingin memusnahkan dan perang, sehingga penguatan resiliensi kepada masyarakat dalam beragama penting untuk dilakukan," ucap dia.
Dia menjelaskan masyarakat Kota Bitung memiliki warisan sejarah dari para leluhur berupa nilai budaya penghargaan dan penerimaan atas segala perbedaan.
Warisan nilai itu, kata dia, patut dilestarikan bahkan digaungkan agar selalu terwujud dalam kehidupan sehari-hari warga.
"Kalau kita tidak menyukai atau bahkan tidak mau menerima perbedaan yang ada di sekitar kita, maka itu adalah tanda bahwa kita tidak mewarisi gen terbaik dari para nenek moyang kita," kata dia.