Manado (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven OE Kandouw mengajak para pihak menyasar generasi Z dalam melakukan upaya-upaya penurunan prevalensi stunting.
"Saya usul di kalangan generasi Z juga perlu dilibatkan karena yang berpotensi kan mereka," sebut Wagub Steven di Manado, Kamis.
Alasannya, menurut Wagub Sulut keenam tersebut, sosialisasi terlalu kencang dilakukan terhadap generasi tua, padahal yang mau menikah dan melahirkan adalah generasi Z.
"Ini mungkin celahnya. Sosialisasi yang dilakukan lebih banyak di kalangan orang tua, tapi lupa mengampanyekan stunting di kalangan generasi Z," ujarnya.
Wagub mengingatkan jangan sampai kaum muda menikah dini, mendapatkan anak tapi belum mendapatkan pekerjaan.
"Akhirnya karena mentalnya masih anak-anak, dapat anak dibiarkan. Lebih baik penetrasinya langsung ke generasi Z. Sosialisasinya bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan. Karena saya lihat di acara-acara pemuda tidak pernah disinggung tentang masalah stunting," ujar Wagub.
Apalagi saat ini lagi model di kalangan pemuda bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, bagaimana menciptakan bisnis melalui gadget akan tetapi sangat kurang menyentil soal stunting.
"Saya pikir upaya penetrasi, sosialisasi di kalangan generasi Z adalah merupakan upaya, ikhtiar kita untuk mengurangi stunting. Karena stunting betul-betul masih menjadi perhatian, jadi underline Presiden dan pemerintah pusat termasuk pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota," ujarnya.
Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan pemutakhiran target prevalensi stunting nasional dan provinsi Sulawesi Utara, yakni targetnya adalah 19 persen di tahun 2025 dan 5,9 persen di tahun 2045.
Angka prevalensi stunting provinsi berpenduduk lebih dari 2,6 juta jiwa tersebut sebesar 21,3 persen atau naik 0,8 persen dari tahun 2022 sebesar 20,5 persen.
"Saya usul di kalangan generasi Z juga perlu dilibatkan karena yang berpotensi kan mereka," sebut Wagub Steven di Manado, Kamis.
Alasannya, menurut Wagub Sulut keenam tersebut, sosialisasi terlalu kencang dilakukan terhadap generasi tua, padahal yang mau menikah dan melahirkan adalah generasi Z.
"Ini mungkin celahnya. Sosialisasi yang dilakukan lebih banyak di kalangan orang tua, tapi lupa mengampanyekan stunting di kalangan generasi Z," ujarnya.
Wagub mengingatkan jangan sampai kaum muda menikah dini, mendapatkan anak tapi belum mendapatkan pekerjaan.
"Akhirnya karena mentalnya masih anak-anak, dapat anak dibiarkan. Lebih baik penetrasinya langsung ke generasi Z. Sosialisasinya bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan. Karena saya lihat di acara-acara pemuda tidak pernah disinggung tentang masalah stunting," ujar Wagub.
Apalagi saat ini lagi model di kalangan pemuda bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, bagaimana menciptakan bisnis melalui gadget akan tetapi sangat kurang menyentil soal stunting.
"Saya pikir upaya penetrasi, sosialisasi di kalangan generasi Z adalah merupakan upaya, ikhtiar kita untuk mengurangi stunting. Karena stunting betul-betul masih menjadi perhatian, jadi underline Presiden dan pemerintah pusat termasuk pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota," ujarnya.
Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan pemutakhiran target prevalensi stunting nasional dan provinsi Sulawesi Utara, yakni targetnya adalah 19 persen di tahun 2025 dan 5,9 persen di tahun 2045.
Angka prevalensi stunting provinsi berpenduduk lebih dari 2,6 juta jiwa tersebut sebesar 21,3 persen atau naik 0,8 persen dari tahun 2022 sebesar 20,5 persen.