Manado (ANTARA) - Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdaprov Sulut, Denny Mangala mengatakan Pemerintah Daerah menargetkan angka prevalensi stunting di tahun ini sebesar 13 persen.
"Ada yang namanya safari stunting di kabupaten dan kota yang motornya adalah BKKBN Sulut. Saat kunjungan diberikan sentuhan kepada anak-anak stunting termasuk ibu-ibu yang berpotensi melahirkan anak stunting," kata Denny di Manado, Senin.
Dalam safari stunting tersebut, kata dia, ada forum edukasi yang diberikan sehingga nantinya diharapkan penanganan stunting bisa secara kolaborasi dari semua pemangku kepentingan.
"Kolaborasi penanganan stunting ini secara berjenjang mulai dari kabupaten dan kota, di kecamatan hingga desa dan kelurahan," ujarnya.
Target angka prevalensi stunting sebesar 13 persen, kata dia, sesuai dengan target rencana pembangunan jangka menengah daerah.
Dia menyebutkan akselerasi penurunan angka stunting terus dilakukan bahkan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Kepulauan Sitaro sudah berada di angka delapan persen.
"Sudah sangat signifikan capaian angka prevalensi stunting di dua daerah tersebut. Artinya, kalau Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Kepulauan Bolaang Mongondow Utara bisa, daerah lainnya juga bisa demikian," ujarnya.
Karena itu, menurut dia, daerah kabupaten dan kota yang angka prevalensi stunting masih tinggi terus didorong mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh dua kabupaten kota ini.
"Safari stunting senantiasa didorong supaya semua kabupaten kota bisa melakukan komitmen dan upaya yang sama secara sinergi dalam rangka penurunan angka stunting di Sulut," ujarnya.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting Provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut mencapai 20,5 persen.*
"Ada yang namanya safari stunting di kabupaten dan kota yang motornya adalah BKKBN Sulut. Saat kunjungan diberikan sentuhan kepada anak-anak stunting termasuk ibu-ibu yang berpotensi melahirkan anak stunting," kata Denny di Manado, Senin.
Dalam safari stunting tersebut, kata dia, ada forum edukasi yang diberikan sehingga nantinya diharapkan penanganan stunting bisa secara kolaborasi dari semua pemangku kepentingan.
"Kolaborasi penanganan stunting ini secara berjenjang mulai dari kabupaten dan kota, di kecamatan hingga desa dan kelurahan," ujarnya.
Target angka prevalensi stunting sebesar 13 persen, kata dia, sesuai dengan target rencana pembangunan jangka menengah daerah.
Dia menyebutkan akselerasi penurunan angka stunting terus dilakukan bahkan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Kepulauan Sitaro sudah berada di angka delapan persen.
"Sudah sangat signifikan capaian angka prevalensi stunting di dua daerah tersebut. Artinya, kalau Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kabupaten Kepulauan Bolaang Mongondow Utara bisa, daerah lainnya juga bisa demikian," ujarnya.
Karena itu, menurut dia, daerah kabupaten dan kota yang angka prevalensi stunting masih tinggi terus didorong mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh dua kabupaten kota ini.
"Safari stunting senantiasa didorong supaya semua kabupaten kota bisa melakukan komitmen dan upaya yang sama secara sinergi dalam rangka penurunan angka stunting di Sulut," ujarnya.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting Provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut mencapai 20,5 persen.*