Manado (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengajak semua pemangku kepentingan duduk bersama mencari solusi masuknya virus flu babi Afrika atau 'African Swine Fever' (ASF) di Sulawesi Utara.
"Kalau ada laporan bahwa ASF sudah masuk, ini perlu kerja sama, sinergi antara semua pemangku kepentingan untuk memastikan dan menyatakan status itu," kata Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan, Barantan, Junaidi di Manado, Senin.
Manakala semua pihak duduk bersama, maka akan memunculkan solusi kebijakan untuk meminimalisasi karena Sulawesi Utara atau Manado termasuk paling banyak populasi ternak bagi.
"Beternak babi itu merupakan salah satu penghasilan atau mata pencaharian warga Sulawesi Utara," ujarnya.
Menurut dia, harus diidentifikasi terlebih dahulu agar seluruh pemangku kepentingan termasuk otoritas veteriner di bawah kepemimpinan pak gubernur dilibatkan perangkat daerah terkait menjaga pintu-pintu masuk dan keluar ternak ini.
"Saya yakin kalau ini bisa kita atasi cepat, kita bisa menjaga agar tidak sampai pada ambang merugikan secara ekonomi. Bahwa itu sudah terlanjur masuk paling tidak kita bisa menjaga agar tidak merugikan populasi ambang ekonomi," ujarnya.
Penyakit ASF tersebut cepat sekali merebak dan endemis, bila ternak babi sudah terserang virus persentase kematian bisa sampai 100 persen atau bisa menghabiskan populasi.
Pada tahun 2018-2019 saat masih menjabat Kepala BKP Manado, waktu itu diambil inisiatif termasuk mengikutsertakan media melakukan sosialisasi secara komprehensif terutama di bandara di Bandara Sam Ratulangi.
"Waktu itu kami bekerja sama dengan Angkasa Pura, kemudian KSOP tentu karantina, bahwa penerbangan langsung dari delapan kota di China yang menuju ke Sam Ratulangi itu wajib hukumnya untuk dilakukan pemeriksaan limbah-limbah atau sampah pesawat tidak dibawa keluar dari area bandara," katanya.
Seluruh sampah atau limbah yang ada di atas pesawat oleh petugas karantina diambil dan diawasi oleh petugas bandara kemudian dibawa ke insinerator Angkasa Pura, kemudian dipastikan dimusnahkan dan dibuatkan berita acara.
"Langkah seperti itu dilakukan sebagai suatu program atau SOP dalam rangka cegah tangkal ASF yang masuk dari luar negeri, khususnya dari Cina waktu itu karena kita ada penerbangan langsung," katanya menjelaskan.
Pintu masuk lainnya selain bandara juga bisa masuk melalui pelabuhan dan jalur-jalur lain yang tidak dijaga oleh petugas karantina.
Waktu itu, kata dia, telah diingatkan bahwa ada satu titik kritis di mana karantina tidak mempunyai kewenangan yaitu jalur lalu lintas darat atau jalur lalu lintas pelabuhan tikus.
"Nah ini bisa menjadi titik kronis dari masuknya suatu hama penyakit termasuk ASF. Karena semua bisa bersinergi maka kita bisa pertahankan," ujarnya.
"Kalau ada laporan bahwa ASF sudah masuk, ini perlu kerja sama, sinergi antara semua pemangku kepentingan untuk memastikan dan menyatakan status itu," kata Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan, Barantan, Junaidi di Manado, Senin.
Manakala semua pihak duduk bersama, maka akan memunculkan solusi kebijakan untuk meminimalisasi karena Sulawesi Utara atau Manado termasuk paling banyak populasi ternak bagi.
"Beternak babi itu merupakan salah satu penghasilan atau mata pencaharian warga Sulawesi Utara," ujarnya.
Menurut dia, harus diidentifikasi terlebih dahulu agar seluruh pemangku kepentingan termasuk otoritas veteriner di bawah kepemimpinan pak gubernur dilibatkan perangkat daerah terkait menjaga pintu-pintu masuk dan keluar ternak ini.
"Saya yakin kalau ini bisa kita atasi cepat, kita bisa menjaga agar tidak sampai pada ambang merugikan secara ekonomi. Bahwa itu sudah terlanjur masuk paling tidak kita bisa menjaga agar tidak merugikan populasi ambang ekonomi," ujarnya.
Penyakit ASF tersebut cepat sekali merebak dan endemis, bila ternak babi sudah terserang virus persentase kematian bisa sampai 100 persen atau bisa menghabiskan populasi.
Pada tahun 2018-2019 saat masih menjabat Kepala BKP Manado, waktu itu diambil inisiatif termasuk mengikutsertakan media melakukan sosialisasi secara komprehensif terutama di bandara di Bandara Sam Ratulangi.
"Waktu itu kami bekerja sama dengan Angkasa Pura, kemudian KSOP tentu karantina, bahwa penerbangan langsung dari delapan kota di China yang menuju ke Sam Ratulangi itu wajib hukumnya untuk dilakukan pemeriksaan limbah-limbah atau sampah pesawat tidak dibawa keluar dari area bandara," katanya.
Seluruh sampah atau limbah yang ada di atas pesawat oleh petugas karantina diambil dan diawasi oleh petugas bandara kemudian dibawa ke insinerator Angkasa Pura, kemudian dipastikan dimusnahkan dan dibuatkan berita acara.
"Langkah seperti itu dilakukan sebagai suatu program atau SOP dalam rangka cegah tangkal ASF yang masuk dari luar negeri, khususnya dari Cina waktu itu karena kita ada penerbangan langsung," katanya menjelaskan.
Pintu masuk lainnya selain bandara juga bisa masuk melalui pelabuhan dan jalur-jalur lain yang tidak dijaga oleh petugas karantina.
Waktu itu, kata dia, telah diingatkan bahwa ada satu titik kritis di mana karantina tidak mempunyai kewenangan yaitu jalur lalu lintas darat atau jalur lalu lintas pelabuhan tikus.
"Nah ini bisa menjadi titik kronis dari masuknya suatu hama penyakit termasuk ASF. Karena semua bisa bersinergi maka kita bisa pertahankan," ujarnya.