Manado,  (ANTARA Sulut) - Kepala bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) T Hasudungan Siregar mengatakan permintaan Tiongkok terhadap sabut kelapa di daerah tersebut tinggi, menyusul permintaan rutin Tiongkok.

"Permintaan Tiongkok akan sabut kelapa asal Sulut hampir tiap minggu terjadi," kata Hasudungan, di Manado, Rabu.

Hasudungan mengatakan pada awal Desember 2014 daerah ini ekspor sabut kelapa sebanyak 99,8 ton dengan sumbangan devisa bagi negara sebesar 28,686 dolar AS.

"Sabut kelapa asal Sulut memiliki kualitas cukup baik, sehingga Tiongkok sangat meminatinya," katanya.

Produk ini, katanya, akan dibuat jok mobil dan berbagai macam kerajinan di Tiongkok.

Dari produk serat sabut akan menghasilkan aneka macam produk derivatif yang banyak manfaatnya, termasuk berupa pupuk organik.

Katanya, bahan baku sabut kelapa melimpah di Sulut, namun tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja, ternyata memiliki nilai jual yang tinggi.

"Dulu "gonofu" (sabut kelapa) hanya dibuang sekarang diekspor, mudah-mudahan ekspor sabut kelapa memberi kemajuan ekonomi daerah," katanya.

Sabut biasanya menjadi limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar," jelasnya.

Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut masih memiliki nilai ekonomis cukup baik. Sabut kelapa diolah menghasilkan serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir).

Pewarta : Oleh Jootje Kumajas
Editor :
Copyright © ANTARA 2024