Batam (ANTARA) - Bank Indonesia menyatakan ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berpotensi menekan inflasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
"Ketegangan Rusia-Ukraina berdampak terhadap Provinsi Kepri, khususnya bersumber dari kenaikan harga komoditas global khususnya energi sehingga berpotensi menekan inflasi," kata Kepala BI Perwakilan Kepri Musni Hardi K Atmaja di Batam, Kamis malam.
Pada triwulan I-2022, BI mencatat terjadi inflasi sebesar 3,24 perseb (yoy), terutama didorong dari kenaikan harga minyak goreng, cabai merah, dan tarif angkutan udara.
Selain karena ketegangan Rusia-Ukraina, BI memperkirakan tekanan inflasi masih akan berlanjut, seiring dengan harga BBM non subsidi dan momentum perayaan Idul Fitri yang biasanya memicu kenaikan tarif jasa angkutan udara.
"Risiko peningkatan inflasi juga turut didorong oleh kondisi perekonomian yang diperkirakan terus mengalami perbaikan," kata dia.
Meski begitu, ia optimistis dengan sinergi yang kuat dari seluruh pihak terkait, inflasi diperkirakan akan terkendali pada kisaran sasaran 3 ± 1 persen.
Baca juga: IMF: Inflasi negara berkembang naik mencapai 8,7 persen pada tahun ini
Ia menyampaikan, masyarakat juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan inflasi yang terkendali dengan berbelanja secara bijak sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.
"Bank Indonesia bersama pemerintah daerah dan stakeholders lainnya, akan terus memastikan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga bahan-bahan kebutuhan masyarakat," kata dia.
Masih pada kesempatan yang sama, ia menyampaikan perbaikan ekonomi Kepri terus berlanjut sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan kembali beroperasinya aktivitas industri dan perdagangan.
"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2022 pada kisaran 3,7 - 4,5 persen," kata dia.
Baca juga: G20 berharap Presidensi RI lahirkan solusi atas konflik di Ukraina
"Ketegangan Rusia-Ukraina berdampak terhadap Provinsi Kepri, khususnya bersumber dari kenaikan harga komoditas global khususnya energi sehingga berpotensi menekan inflasi," kata Kepala BI Perwakilan Kepri Musni Hardi K Atmaja di Batam, Kamis malam.
Pada triwulan I-2022, BI mencatat terjadi inflasi sebesar 3,24 perseb (yoy), terutama didorong dari kenaikan harga minyak goreng, cabai merah, dan tarif angkutan udara.
Selain karena ketegangan Rusia-Ukraina, BI memperkirakan tekanan inflasi masih akan berlanjut, seiring dengan harga BBM non subsidi dan momentum perayaan Idul Fitri yang biasanya memicu kenaikan tarif jasa angkutan udara.
"Risiko peningkatan inflasi juga turut didorong oleh kondisi perekonomian yang diperkirakan terus mengalami perbaikan," kata dia.
Meski begitu, ia optimistis dengan sinergi yang kuat dari seluruh pihak terkait, inflasi diperkirakan akan terkendali pada kisaran sasaran 3 ± 1 persen.
Baca juga: IMF: Inflasi negara berkembang naik mencapai 8,7 persen pada tahun ini
Ia menyampaikan, masyarakat juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan inflasi yang terkendali dengan berbelanja secara bijak sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.
"Bank Indonesia bersama pemerintah daerah dan stakeholders lainnya, akan terus memastikan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga bahan-bahan kebutuhan masyarakat," kata dia.
Masih pada kesempatan yang sama, ia menyampaikan perbaikan ekonomi Kepri terus berlanjut sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan kembali beroperasinya aktivitas industri dan perdagangan.
"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2022 pada kisaran 3,7 - 4,5 persen," kata dia.
Baca juga: G20 berharap Presidensi RI lahirkan solusi atas konflik di Ukraina