Jakarta (ANTARA) - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi lilin hias aroma terapi, Yulianah mengakui program-program dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) membantunya mengembangkan bisnis dan membuat produknya bisa menembus pasar ekspor.
Melalui keterangan di Jakarta, Kamis, Yulianah mengatakan di bawah naungan brand Jakarta Candle, dirinya memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam untuk membuat produknya yaitu kayu manis.
Melihat Jakarta Candle yang terus berkembang, tidak membuat Yulianah berhenti untuk belajar dan berinovasi. Pada 2017 hingga 2019, ia memutuskan untuk mengikuti program pelatihan Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Marketing Handholding yang diadakan oleh LPEI.
"Banyak hal yang dipelajari dari pelatihan yang saya ikuti. Mulai dari melakukan presentasi bisnis sampai menyusun strategi pemasaran yang baik. Berkat pelatihan tersebut membuat saya makin bersemangat untuk menembus pasar ekspor," ujar Yulianah.
Saat ini lilin hias aroma terapi produksinya telah berhasil diekspor ke beberapa negara yaitu Australia, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Bermula dari pengalaman bekerja membuat lilin di perusahaan sebelumnya, suami dari Yulianah berinisiatif untuk membuat lilin hias dengan memanfaatkan rempah yang ada antara lain kayu manis dan pada 2011 suami istri tersebut mendirikan perusahaan dan terus merintisnya hingga kini.
"Pada tahun 2014, saya memperkenalkan produk Jakarta Candle ke Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, karena memiliki aroma yang khas dari produk lilin hias ini, akhirnya mulai banyak peminat dan menjadi viral di media sosial maupun marketplace,’" kata Yulianah.
Pada tahun yang sama, untuk pertama kali Jakarta Candle mendapatkan pesanan sebanyak 11 ribu lilin hias dari salah satu perusahaan di Jakarta. Namun tantangan yang dihadapi pada saat itu adalah Yulianah belum memiliki karyawan sehingga proses produksi pun masih dikerjakan berdua dengan suaminya.
Yulianah menjelaskan salah satu pelayanan yang menjadi nilai lebih dan membedakan dari kompetitor lainnya adalah Jakarta Candle memberikan kebebasan bagi para pembeli untuk menentukan spesifikasi dan model lilin hias yang dipesan.
Bermodalkan Rp5 Juta dengan kapasitas produksi sekitar 50-100 lilin hias, bisnisnya terus berkembang dan kini Jakarta Candle memiliki beberapa karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar usahanya dan mampu menghasilkan 1.000 lilin hias dalam setahun dengan omzet lebih dari Rp550 juta. Kisaran harga produk pun juga terbilang bervariasi dengan harga jual Rp26 ribu sampai Rp150 ribu.
Pada 2018, LPEI memfasilitasi Jakarta Candle untuk ikut berpartisipasi pada pameran Trade Expo Indonesia, di ICE BSD dan menjadi ajang latihan untuk bertemu dengan calon pembeli dari luar negeri seperti Australia, Rusia dan negara lainnya.
"Saya bersyukur bisa mengenal LPEI. Banyak hal positif yang saya dapatkan dan memiliki peran terhadap perkembangan bisnis saat ini. Pertemuan saya dengan sejumlah calon pembeli dari luar negeri contohnya mampu membuka peluang saya untuk menembus pasar ekspor," pungkas Yulianah.
Melalui keterangan di Jakarta, Kamis, Yulianah mengatakan di bawah naungan brand Jakarta Candle, dirinya memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam untuk membuat produknya yaitu kayu manis.
Melihat Jakarta Candle yang terus berkembang, tidak membuat Yulianah berhenti untuk belajar dan berinovasi. Pada 2017 hingga 2019, ia memutuskan untuk mengikuti program pelatihan Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Marketing Handholding yang diadakan oleh LPEI.
"Banyak hal yang dipelajari dari pelatihan yang saya ikuti. Mulai dari melakukan presentasi bisnis sampai menyusun strategi pemasaran yang baik. Berkat pelatihan tersebut membuat saya makin bersemangat untuk menembus pasar ekspor," ujar Yulianah.
Saat ini lilin hias aroma terapi produksinya telah berhasil diekspor ke beberapa negara yaitu Australia, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Bermula dari pengalaman bekerja membuat lilin di perusahaan sebelumnya, suami dari Yulianah berinisiatif untuk membuat lilin hias dengan memanfaatkan rempah yang ada antara lain kayu manis dan pada 2011 suami istri tersebut mendirikan perusahaan dan terus merintisnya hingga kini.
"Pada tahun 2014, saya memperkenalkan produk Jakarta Candle ke Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, karena memiliki aroma yang khas dari produk lilin hias ini, akhirnya mulai banyak peminat dan menjadi viral di media sosial maupun marketplace,’" kata Yulianah.
Pada tahun yang sama, untuk pertama kali Jakarta Candle mendapatkan pesanan sebanyak 11 ribu lilin hias dari salah satu perusahaan di Jakarta. Namun tantangan yang dihadapi pada saat itu adalah Yulianah belum memiliki karyawan sehingga proses produksi pun masih dikerjakan berdua dengan suaminya.
Yulianah menjelaskan salah satu pelayanan yang menjadi nilai lebih dan membedakan dari kompetitor lainnya adalah Jakarta Candle memberikan kebebasan bagi para pembeli untuk menentukan spesifikasi dan model lilin hias yang dipesan.
Bermodalkan Rp5 Juta dengan kapasitas produksi sekitar 50-100 lilin hias, bisnisnya terus berkembang dan kini Jakarta Candle memiliki beberapa karyawan yang berasal dari masyarakat sekitar usahanya dan mampu menghasilkan 1.000 lilin hias dalam setahun dengan omzet lebih dari Rp550 juta. Kisaran harga produk pun juga terbilang bervariasi dengan harga jual Rp26 ribu sampai Rp150 ribu.
Pada 2018, LPEI memfasilitasi Jakarta Candle untuk ikut berpartisipasi pada pameran Trade Expo Indonesia, di ICE BSD dan menjadi ajang latihan untuk bertemu dengan calon pembeli dari luar negeri seperti Australia, Rusia dan negara lainnya.
"Saya bersyukur bisa mengenal LPEI. Banyak hal positif yang saya dapatkan dan memiliki peran terhadap perkembangan bisnis saat ini. Pertemuan saya dengan sejumlah calon pembeli dari luar negeri contohnya mampu membuka peluang saya untuk menembus pasar ekspor," pungkas Yulianah.