Manado (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan peran sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) sangat strategis dalam meningkatkan daya saing UMKM.
Menurut Menkop UKM, hasil kajian OECD pada 2018 menunjukkan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh UMKM adalah daya saing produk.
"Produk UMKM dapat berdaya saing global dengan memerlukan pengembangan kemasan produk, perizinan usaha, standardisasi dan sertifikasi sehingga produk-produk UMKM nasional bisa mempunyai nilai jual tinggi. Dengan demikian peran SNI akan sangat strategis dalam meningkatkan daya saing UMKM," ujar Teten dalam peluncuran Etalase Digital Produk UMKM Ber-SNI secara virtual di Jakarta, Selasa.
Menkop UKM menilai bahwa saat ini hal yang krusial adalah aspek daya saing produk-produk UMKM nasional.
"Kita tahu sektor UMKM mendominasi 99,9 persen atau 65,4 juta dari pelaku usaha di Indonesia. Berkontribusi 61 persen terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hampir 97 persen. pelaku UMKM memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan terutama pada saat pandemi serta bagian daripada pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai para pelaku UMKM harus memiliki rencana bisnis yang tepat sebagai upaya transformasi usaha dari informal ke formal, yang tidak cukup hanya dengan memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Teten menyatakan terdapat tiga keuntungan bagi pelaku UMKM yang memiliki rencana bisnis, yaitu pertama, memudahkan para investor perbankan membantu UMKM. Kedua, UMKM dapat lebih mengetahui kapasitas usaha mereka dan bagaimana mereka dapat meningkatkan usahanya.
Terakhir, membantu pemerintah lebih presisi dalam membuat kebijakan yang dibutuhkan para pelaku UMKM baik dari sisi pembiayaan, pengembangan kewirausahaan, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Ia mengaku pihaknya akan menyiapkan aplikasi tertentu yang memudahkan para pelaku usaha untuk menyusun business plan. Dengan itu, akan lebih mudah bagi perbankan agar lebih ramah untuk membantu pelaku usaha.
Menurut Menkop UKM, hasil kajian OECD pada 2018 menunjukkan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh UMKM adalah daya saing produk.
"Produk UMKM dapat berdaya saing global dengan memerlukan pengembangan kemasan produk, perizinan usaha, standardisasi dan sertifikasi sehingga produk-produk UMKM nasional bisa mempunyai nilai jual tinggi. Dengan demikian peran SNI akan sangat strategis dalam meningkatkan daya saing UMKM," ujar Teten dalam peluncuran Etalase Digital Produk UMKM Ber-SNI secara virtual di Jakarta, Selasa.
Menkop UKM menilai bahwa saat ini hal yang krusial adalah aspek daya saing produk-produk UMKM nasional.
"Kita tahu sektor UMKM mendominasi 99,9 persen atau 65,4 juta dari pelaku usaha di Indonesia. Berkontribusi 61 persen terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja hampir 97 persen. pelaku UMKM memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan terutama pada saat pandemi serta bagian daripada pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai para pelaku UMKM harus memiliki rencana bisnis yang tepat sebagai upaya transformasi usaha dari informal ke formal, yang tidak cukup hanya dengan memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Teten menyatakan terdapat tiga keuntungan bagi pelaku UMKM yang memiliki rencana bisnis, yaitu pertama, memudahkan para investor perbankan membantu UMKM. Kedua, UMKM dapat lebih mengetahui kapasitas usaha mereka dan bagaimana mereka dapat meningkatkan usahanya.
Terakhir, membantu pemerintah lebih presisi dalam membuat kebijakan yang dibutuhkan para pelaku UMKM baik dari sisi pembiayaan, pengembangan kewirausahaan, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Ia mengaku pihaknya akan menyiapkan aplikasi tertentu yang memudahkan para pelaku usaha untuk menyusun business plan. Dengan itu, akan lebih mudah bagi perbankan agar lebih ramah untuk membantu pelaku usaha.