Manado (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) telah menyiapkan lahan seluas 156 hektare untuk mendukung program integrasi pertanian terpadu "Integrated Farming System".
Pengembangan sistem yang digagas Kementerian Pertanian itu dilakukan seiring dengan dinamika dan semangat petani yang justru semakin kuat pada masa pandemi COVID-19 ini.
"Integrated Farming System adalah terjadinya integrasi antara pertanian, perikanan, dan peternakan. Artinya dalam satu kawasan atau titik hasil pertanian, perikanan dan peternakannya juga bagus,” kata Kepala DP2KH Provinsi Kepri Rika Azmi di Tanjungpinang, Selasa.
Rika Azmi menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan uji coba penerapan program tersebut guna meningkatkan produktivitas pertanian dalam rangka mendukung gerakan tiga kali ekspor (Gratieks) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Selain itu, DKP2KH bekerjasama dengan Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang dan stakeholder terkait lainnya, juga berupaya menggaet investor agar mau berinvestasi pada sektor pertanian di daerah tersebut.
"Kita coba tawarkan ke Singapura, Kepri punya lahan pertanian yang luas. Mereka menyambut baik dan tertarik berinvestasi," ujarnya.
Menurut dia, Singapura berpotensi menjadi salah satu pangsa pasar ekspor pertanian terbesar dari Kepri.
Apalagi secara geografis, letak kedua wilayah itu sangat dekat, hanya berjarak sekitar satu jam jika menggunakan transportasi laut.
Di samping itu, Kepri sudah punya pengalaman mengekspor komoditas hortikultura seperti buah dan sayur ke Singapura, namun terhenti dalam beberapa tahun ke belakang karena kendala faktor teknis.
Padahal, lanjut dia, produk-produk hasil pertanian Kepri sangat berkualitas dan dari segi kuantitas diyakini mampu memenuhi kebutuhan ekspor pertanian ke negara tetangga.
"Makanya, ekspor pertanian ke Singapura harus didorong lagi. Kita sedang berkoordinasi dengan agensi makanan Singapura terkait persyaratan ekspor pertanian," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang Raden Nurcahyo Nugroho mendukung penuh konsep Integrated Farming System sebagai upaya mendorong kualitas serta kuantitas pertanian di Bumi Segantang Lada itu.
Ia pun sudah berbicara melalui zoom virtual dengan perwakilan Singapore Consulate General Lim YiHonh menyangkut teknis ekspor pertanian hingga peluang-peluang investasi sektor pertanian di Kepri.
"Beliau (Lim YiHonh) dengan senang hati akan memfasilitasi pertemuan lanjutan Pemprov Kepri dengan Pemerintah Singapura yang membidangi masalah pertanian," sebut Raden.
Dia optimis Kepri dan Singapura dapat memperkuat kerjasama khususnya di sektor pertanian, mengingat negeri berjuluk Kota Singa itu pun sudah berinvestasi di sektor peternakan babi di Pulau Bulan, Batam.
"Kepri hampir setiap hari ekspor sekitar 1.000 ekor babi ke Singapura. Bahkan tercatat sebagai pengekspor babi terbesar di Indonesia," katanya menegaskan.
Pengembangan sistem yang digagas Kementerian Pertanian itu dilakukan seiring dengan dinamika dan semangat petani yang justru semakin kuat pada masa pandemi COVID-19 ini.
"Integrated Farming System adalah terjadinya integrasi antara pertanian, perikanan, dan peternakan. Artinya dalam satu kawasan atau titik hasil pertanian, perikanan dan peternakannya juga bagus,” kata Kepala DP2KH Provinsi Kepri Rika Azmi di Tanjungpinang, Selasa.
Rika Azmi menyebut saat ini pihaknya tengah melakukan uji coba penerapan program tersebut guna meningkatkan produktivitas pertanian dalam rangka mendukung gerakan tiga kali ekspor (Gratieks) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Selain itu, DKP2KH bekerjasama dengan Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang dan stakeholder terkait lainnya, juga berupaya menggaet investor agar mau berinvestasi pada sektor pertanian di daerah tersebut.
"Kita coba tawarkan ke Singapura, Kepri punya lahan pertanian yang luas. Mereka menyambut baik dan tertarik berinvestasi," ujarnya.
Menurut dia, Singapura berpotensi menjadi salah satu pangsa pasar ekspor pertanian terbesar dari Kepri.
Apalagi secara geografis, letak kedua wilayah itu sangat dekat, hanya berjarak sekitar satu jam jika menggunakan transportasi laut.
Di samping itu, Kepri sudah punya pengalaman mengekspor komoditas hortikultura seperti buah dan sayur ke Singapura, namun terhenti dalam beberapa tahun ke belakang karena kendala faktor teknis.
Padahal, lanjut dia, produk-produk hasil pertanian Kepri sangat berkualitas dan dari segi kuantitas diyakini mampu memenuhi kebutuhan ekspor pertanian ke negara tetangga.
"Makanya, ekspor pertanian ke Singapura harus didorong lagi. Kita sedang berkoordinasi dengan agensi makanan Singapura terkait persyaratan ekspor pertanian," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang Raden Nurcahyo Nugroho mendukung penuh konsep Integrated Farming System sebagai upaya mendorong kualitas serta kuantitas pertanian di Bumi Segantang Lada itu.
Ia pun sudah berbicara melalui zoom virtual dengan perwakilan Singapore Consulate General Lim YiHonh menyangkut teknis ekspor pertanian hingga peluang-peluang investasi sektor pertanian di Kepri.
"Beliau (Lim YiHonh) dengan senang hati akan memfasilitasi pertemuan lanjutan Pemprov Kepri dengan Pemerintah Singapura yang membidangi masalah pertanian," sebut Raden.
Dia optimis Kepri dan Singapura dapat memperkuat kerjasama khususnya di sektor pertanian, mengingat negeri berjuluk Kota Singa itu pun sudah berinvestasi di sektor peternakan babi di Pulau Bulan, Batam.
"Kepri hampir setiap hari ekspor sekitar 1.000 ekor babi ke Singapura. Bahkan tercatat sebagai pengekspor babi terbesar di Indonesia," katanya menegaskan.