Manado (ANTARA) - Pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas III Rendani-Manokwari menjelaskan penyebab cuaca panas yang belakangan meliputi bagian wilayah Provinsi Papua Barat.
"Cuaca cerah disertai suhu panas yang terjadi dikarenakan gerak semu tahunan matahari. Itu siklus biasa dan terjadi antara bulan September-Oktober atau Februari-Maret," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Rendani Manokwari Daniel Tandi di Manokwari, Kamis.
Gerakan semu tahunan matahari terjadi ketika matahari seolah bergerak lebih ke utara atau ke selatan akibat revolusi bumi, gerakan bumi mengelilingi matahari.
Selain gerak semu tahunan matahari, Daniel mengatakan, siklon tropis Kompasu di laut China Selatan bagian utara juga mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Papua Barat.
"Saat ini masih terjadi siklon tropis Kompasu di laut China Selatan bagian utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan menjauhi wilayah Indonesia, termasuk Manokwari dan sejumlah daerah di kepala burung Pulau Papua," katanya.
Ia menjelaskan, gerak semu tahunan matahari dan siklon tropis Kompasu menyebabkan suhu udara permukaan di wilayah Papua Barat pada siang hari mencapai 35 sampai 37 derajat Celsius.
Menurut dia, peningkatan suhu udara di wilayah Papua Barat tidak berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat.
"Cuaca cerah disertai suhu panas yang terjadi dikarenakan gerak semu tahunan matahari. Itu siklus biasa dan terjadi antara bulan September-Oktober atau Februari-Maret," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Rendani Manokwari Daniel Tandi di Manokwari, Kamis.
Gerakan semu tahunan matahari terjadi ketika matahari seolah bergerak lebih ke utara atau ke selatan akibat revolusi bumi, gerakan bumi mengelilingi matahari.
Selain gerak semu tahunan matahari, Daniel mengatakan, siklon tropis Kompasu di laut China Selatan bagian utara juga mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Papua Barat.
"Saat ini masih terjadi siklon tropis Kompasu di laut China Selatan bagian utara yang menarik masa udara dan pertumbuhan awan-awan hujan menjauhi wilayah Indonesia, termasuk Manokwari dan sejumlah daerah di kepala burung Pulau Papua," katanya.
Ia menjelaskan, gerak semu tahunan matahari dan siklon tropis Kompasu menyebabkan suhu udara permukaan di wilayah Papua Barat pada siang hari mencapai 35 sampai 37 derajat Celsius.
Menurut dia, peningkatan suhu udara di wilayah Papua Barat tidak berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat.