Manado (ANTARA) - Elin Waty, Presiden Direktur Sun Life Indonesia menuangkan kisah inspiratif perjalanan karier dia dalam sebuah buku bertajuk "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier".
Dari berbagai perbincangan yang ditemani segelas kopi, Elin berbagi inspirasi melalui tulisan yang dikemas secara ringan, namun sarat akan pesan optimisme, motivasi, serta semangat untuk pantang menyerah, terutama di kala pandemi COVID-19 seperti saat ini.
"Semangat kepedulian dan optimisme pada buku ini juga merupakan pengejawantahan dari spirit DoGether yang diusung Sun Life, dan membawa nilai: peduli, optimis dan relevan," kata Elin dalam siaran pers pada Rabu.
Selaras dengan spirit melakukan secara bersama-sama atau "DoGether" yang diusung Sun Life, caring leadership yakni memimpin dengan penuh perhatian menjadi cara yang dipilih Elin Waty dalam menavigasi perusahaan yang dipimpinnya.
"Penerapan caring leadership ini pula lah yang melandasi kehadiran buku ‘Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier’," kata dia.
Situasi pandemi COVID-19 tentu menjadi masa yang tidak mudah bagi banyak orang, tak terkecuali bagi para pemimpin perusahaan.
Kemampuan untuk mengatasi tekanan dari dalam diri, serta tetap mampu menginspirasi anggota tim, menjadi aspek yang diharapkan dari seorang pemimpin, khususnya di masa yang penuh ketidakpastian.
Menurut Elin Waty, penerapan empati dan caring leadership kian relevan, mengingat tantangan yang dihadapi setiap orang semakin meningkat.
Riset yang dikutip dari siaran pers Sun Life menunjukkan bahwa pemimpin yang memiliki empati berdampak baik pada kinerja, kesehatan, dan budaya empati yang inklusif . Menerapkan caring leadership menuntut pemimpin untuk lebih peka, dan memahami kondisi tim dengan melihat apa yang terjadi di sekitar.
"Ketika seorang pemimpin mampu mengelola dan menjaga keseimbangan pikiran dan perasaan, maka ia akan memberikan banyak manfaat dan menerapkan caring leadership dengan lebih optimal."
Elin yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja memiliki keinginan untuk bekerja keras agar bisa membantu orang tuanya.
Ia ingin membuktikan diri bahwa anak perempuan bisa sukses dalam karier. Elin lantas mulai bekerja di usia 21 tahun dan pada usia 23 tahun dia bisa menjadi asisten manajer.
Menginjak usia 25 tahun dia sudah menjadi manajer. "Umur 27 tahun, posisi saya sudah Vice President (VP), saya sudah jadi kayak head of agency atau chief agency officer."
Sukses di usia muda rupanya tak mudah dijalani ELin Waty. Harus memimpin di usia muda membuatnya cenderung emosional namun tak jarang berpura-pura lebih kuat dari yang sebenarnya.
Tak jarang dia menangis saat dirinya sedang sendirian agar orang-orang tak tahu kerapuhannya.
"Kalau sekarang, sudah lebih tenang, berpikir apa yang harus dilakukan, tegar, dan mengambil keputusan,” ujarnya.
Terapi
Menulis menjadi bagian dari terapi yang mengobati luka-luka di dalam jiwa bagi ELin Waty karena menurut dia itu bisa membantu mengatasi tekanan yang dihadapi.
"Menulis dengan healing therapy. Menulis membantu saya mengurai perasaan dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis saya rasakan sangat bermanfaat sebagai bagian dari healing therapy, khususnya di tengah tekanan selama masa pandemi," kata dia.
"Berbagai diskusi dan obrolan ringan bersama banyak rekan, menginspirasi saya untuk menulis sebuah buku yang harapannya bukan hanya bermanfaat untuk diri saya sendiri, tapi juga menginspirasi lebih banyak orang untuk lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah dalam mencapai goals yang mereka impikan,” kata Elin Waty.
Buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier" juga berisi kisah Elin Waty sebagai seorang presiden direktur perempuan dan berkebangsaan Indonesia pertama, yang dipercaya memimpin Sun Life di Indonesia.
Lebih lanjut, caring leadership yang diterapkan Elin juga mendapat dukungan dari Erwin Parengkuan, Communication Practitioner & Speaking Coach.
“Dalam perusahaan, komunikasi yang terjalin baik antara atasan dan bawahan, serta sesama anggota tim menjadi kunci keefektifan dan produktivitas kerja secara menyeluruh. Kemampuan Elin menjalin komunikasi dan berempati, membuat rekan dan anggota timnya tak segan untuk bertukar cerita. Hal ini baik diterapkan seorang pemimpin, karena pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi akan menumbuhkan loyalitas dan keterlibatan lebih pada tim yang dipimpinnya," kata Erwin.
Pada buku setebal 155 halaman, Elin berbagi 20 kisah nyata dan inspirasi seputar karir kontemporer yang banyak dihadapi oleh generasi produktif hari ini. Salah satunya pada kisah berjudul "Ada Banyak Jalan Menuju Roma", Elin bercerita tentang masalah karier yang dihadapi anggota timnya di tempat kerja sebelumnya. Melalui kisah ini, Elin mengajak pembaca untuk menjadi pribadi yang tak mudah menyerah, serta fokus pada solusi, bukan masalah.
“Dengan isu dan contoh kasus yang relevan, kehadiran buku ini diharapkan dapat menginspirasi banyak orang, khususnya para ‘Young Generations Leaders’ untuk dapat mempercepat laju karier mereka. Tentunya akan ada banyak tantangan yang dihadapi di depan, namun saya harap buku ini dapat dijadikan acuan serta pembelajaran, agar mereka dapat lebih siap hadapi tantangan, untuk hari esok yang lebih pasti”, kata Elin.
Sebagai bagian dari kampanye DoGether, nantinya seluruh hasil penjualan buku akan disumbangkan ke Wahana Visi Indonesia, dan ditujukan untuk membantu biasa pendidikan anak-anak Indonesia yang membutuhkan.
Dari berbagai perbincangan yang ditemani segelas kopi, Elin berbagi inspirasi melalui tulisan yang dikemas secara ringan, namun sarat akan pesan optimisme, motivasi, serta semangat untuk pantang menyerah, terutama di kala pandemi COVID-19 seperti saat ini.
"Semangat kepedulian dan optimisme pada buku ini juga merupakan pengejawantahan dari spirit DoGether yang diusung Sun Life, dan membawa nilai: peduli, optimis dan relevan," kata Elin dalam siaran pers pada Rabu.
Selaras dengan spirit melakukan secara bersama-sama atau "DoGether" yang diusung Sun Life, caring leadership yakni memimpin dengan penuh perhatian menjadi cara yang dipilih Elin Waty dalam menavigasi perusahaan yang dipimpinnya.
"Penerapan caring leadership ini pula lah yang melandasi kehadiran buku ‘Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier’," kata dia.
Situasi pandemi COVID-19 tentu menjadi masa yang tidak mudah bagi banyak orang, tak terkecuali bagi para pemimpin perusahaan.
Kemampuan untuk mengatasi tekanan dari dalam diri, serta tetap mampu menginspirasi anggota tim, menjadi aspek yang diharapkan dari seorang pemimpin, khususnya di masa yang penuh ketidakpastian.
Menurut Elin Waty, penerapan empati dan caring leadership kian relevan, mengingat tantangan yang dihadapi setiap orang semakin meningkat.
Riset yang dikutip dari siaran pers Sun Life menunjukkan bahwa pemimpin yang memiliki empati berdampak baik pada kinerja, kesehatan, dan budaya empati yang inklusif . Menerapkan caring leadership menuntut pemimpin untuk lebih peka, dan memahami kondisi tim dengan melihat apa yang terjadi di sekitar.
"Ketika seorang pemimpin mampu mengelola dan menjaga keseimbangan pikiran dan perasaan, maka ia akan memberikan banyak manfaat dan menerapkan caring leadership dengan lebih optimal."
Elin yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja memiliki keinginan untuk bekerja keras agar bisa membantu orang tuanya.
Ia ingin membuktikan diri bahwa anak perempuan bisa sukses dalam karier. Elin lantas mulai bekerja di usia 21 tahun dan pada usia 23 tahun dia bisa menjadi asisten manajer.
Menginjak usia 25 tahun dia sudah menjadi manajer. "Umur 27 tahun, posisi saya sudah Vice President (VP), saya sudah jadi kayak head of agency atau chief agency officer."
Sukses di usia muda rupanya tak mudah dijalani ELin Waty. Harus memimpin di usia muda membuatnya cenderung emosional namun tak jarang berpura-pura lebih kuat dari yang sebenarnya.
Tak jarang dia menangis saat dirinya sedang sendirian agar orang-orang tak tahu kerapuhannya.
"Kalau sekarang, sudah lebih tenang, berpikir apa yang harus dilakukan, tegar, dan mengambil keputusan,” ujarnya.
Terapi
Menulis menjadi bagian dari terapi yang mengobati luka-luka di dalam jiwa bagi ELin Waty karena menurut dia itu bisa membantu mengatasi tekanan yang dihadapi.
"Menulis dengan healing therapy. Menulis membantu saya mengurai perasaan dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis saya rasakan sangat bermanfaat sebagai bagian dari healing therapy, khususnya di tengah tekanan selama masa pandemi," kata dia.
"Berbagai diskusi dan obrolan ringan bersama banyak rekan, menginspirasi saya untuk menulis sebuah buku yang harapannya bukan hanya bermanfaat untuk diri saya sendiri, tapi juga menginspirasi lebih banyak orang untuk lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah dalam mencapai goals yang mereka impikan,” kata Elin Waty.
Buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier" juga berisi kisah Elin Waty sebagai seorang presiden direktur perempuan dan berkebangsaan Indonesia pertama, yang dipercaya memimpin Sun Life di Indonesia.
Lebih lanjut, caring leadership yang diterapkan Elin juga mendapat dukungan dari Erwin Parengkuan, Communication Practitioner & Speaking Coach.
“Dalam perusahaan, komunikasi yang terjalin baik antara atasan dan bawahan, serta sesama anggota tim menjadi kunci keefektifan dan produktivitas kerja secara menyeluruh. Kemampuan Elin menjalin komunikasi dan berempati, membuat rekan dan anggota timnya tak segan untuk bertukar cerita. Hal ini baik diterapkan seorang pemimpin, karena pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi akan menumbuhkan loyalitas dan keterlibatan lebih pada tim yang dipimpinnya," kata Erwin.
Pada buku setebal 155 halaman, Elin berbagi 20 kisah nyata dan inspirasi seputar karir kontemporer yang banyak dihadapi oleh generasi produktif hari ini. Salah satunya pada kisah berjudul "Ada Banyak Jalan Menuju Roma", Elin bercerita tentang masalah karier yang dihadapi anggota timnya di tempat kerja sebelumnya. Melalui kisah ini, Elin mengajak pembaca untuk menjadi pribadi yang tak mudah menyerah, serta fokus pada solusi, bukan masalah.
“Dengan isu dan contoh kasus yang relevan, kehadiran buku ini diharapkan dapat menginspirasi banyak orang, khususnya para ‘Young Generations Leaders’ untuk dapat mempercepat laju karier mereka. Tentunya akan ada banyak tantangan yang dihadapi di depan, namun saya harap buku ini dapat dijadikan acuan serta pembelajaran, agar mereka dapat lebih siap hadapi tantangan, untuk hari esok yang lebih pasti”, kata Elin.
Sebagai bagian dari kampanye DoGether, nantinya seluruh hasil penjualan buku akan disumbangkan ke Wahana Visi Indonesia, dan ditujukan untuk membantu biasa pendidikan anak-anak Indonesia yang membutuhkan.