Enrekang, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Peternak sapi di Dusun Lekkong, Desa Pinang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan mengembangkan penggunaan kompor yang berbahan bakar biogas dari limbah atau kotoran ternak sapi.

Isran, salah seorang warga setempat yang dihubungi Kamis, menjelaskan, untuk mengoperasikan kompor tersebut, warga hanya membutuhkan kotoran sapi yang dimasukkan ke dalam sebuah tabung plastik berukuran sekitar satu kali dua meter.

Kotoran sapi tersebut diolah dalam tabung yang disebut sebagai tabung reaktor. Tabung itu, berfungsi untuk memisahkan gas yang terkandung dalam kotoran sapi, kemudian dialihkan dengan menggunakan selang biasa ke tabung kedua.

"Tabung kedua ini yang juga terbuat dari bahan plastik, merupakan tabung yang berfungsi untuk menampung gas hasil olahan dari tabung reaktor. Dari tabung penampungan gas, kemudian dialirkan ke kompor dengan menggunakan selang biasa, setelah itu, kompor sudah bisa menyala," jelas Isran.

Selain prosesnya yang cukup praktis, nyala kompor berbahan bakar biogas itu jauh lebih bagus dari kompor biasa, karena menurut dia, nyala api tidak akan menimbulkan asap.

Gas yang bersumber dari kotoran sapi sekitar 20 kilogram itu, katanya, mampu menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk memasak selama dua hari. "Jadi ini sudah sangat menguntungkan," paparnya.

Sementara itu, salah satu anggota Tim Penyuluh Pertanian dari Dinas Pertanian Enrekang, Sanusi yang dihubungi terpisah mengatakan, jumlah pengguna kompor biogas di Kabupaten Enrekang saat ini baru sekitar puluhan kepala keluarga.

Bahkan menurut dia, Pemerintah Kabupaten Enrekang telah menunjuk Dusun Lekkong sebagai daerah percontohan dan Dusun yang mandiri energi.

"Jadi di tahun 2009 ini, kita targetkan semua warga Dusun Lekkong sudah menggunakan kompor biogas, tidak lagi tergantung pada minyak tanah," urainya.

Warga Dusun Lekkong ini berharap agar para peternak sapi yang berada di daerah lain mau mengikuti jejak mereka mengolah kotoran sapi menjadi biogas sebagai bahan bakar alternatif sehingga warga tidak terlalu lagi bergantung pada kebutuhan bahan bakar minyak dan gas elpiji yang saat ini sudah semakin langka.
(T.PSO-098/F003)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024