Minahasa Utara, 15/12 (Antara Sulut) - Prosesi pemindahan waruga di Desa Kuwil Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara untuk keperluan pembangunan waduk menimbulkan berbagai pemahaman lewat kejadian-kejadian menarik.
Oleh berbagai warga Minahasa Utara yang hadir langsung prosesi pemindahan waruga, Kamis memiliki pemahaman unik dalam pemandangan alam yang terjadi.
"Melihat dari sisi gunung kelabat yang lokasi prosesi tersebut sangat jelas terlihat penuh gunung kelabat namun sayangnya tertutup awan. Pasti ada tanda yang tersirat lewat pemandangan gunung klabat, namun sebagai manusia biasa tak mampu menjawab, tapi kalau berdasarkan anggapan pribadi, pemindahan waruga itu mungkin tidak direstui," ujar Jhon salah satu warga pengunjung prosesi pemindahan waruga.
Berbeda dengan pemandangan gunung Lokon kata Jhon, sangat berbeda dengan pemandangan gunung Klabat. Sangat terlihat jelas pemandangan gunung Lokon utuh tanpa diselimuti awan.
"Mungkinkah hanya lokon yang keberadaannya di Kota Tomohon mengizinkan untuk prosesi itu," kata Jhon sambil bertanya - tanya oleh karena keunikan alam yang terjadi.
Dari informasi yang berkembang di masyarakat, kegiatan ritual yang dilakukan pada saat itu bukan dilakukan oleh tokoh adat Tonsea yang nota bene berada di Minahasa Utara, melainkan dilakoni oleh tokoh adat Tombulu yang masuk wilayah Tomohon, namun dibantu masyarakat lokal desa Kuwil.
Kejadian lainnya yang terjadi, saat kegiatan pengangkatan pemindahan waruga setelah ritual, salah satu warga yang ikut dalam kelompok tersebut tertimpah penutup waruga hingga jari tangannya harus terluka.
Uniknya lagi, saat acara usai mobil yang dikendarai para kontraktor dan dinas PU harus terjebak di kubangan lumpur yang notabene lokasi tersebut di rancang bahkan dikerjakan oleh PU maupun kontraktor.
Lain halnya lagi, salah seorang yang memakai baju kabasaran adat Minahasa juga pelaku pengisi acara dalam prosesi itu, bergoyang modern mengikuti lagu yang di putar lewat sound sistem oleh sekretariat. Meski pun terlihat sebagai lelucon atau lucu juga sebagai guyonan, namun sangat berbeda dari biasanya dimana awalnya terlihat garang dengan baju adatnya dengan memegang tongkat perang lewat tarian kebesaran, sampai-sampai melihatnya takut, tapi kini jadi kelihatan lucu bahkan jadi bahan tertawaan warga yang menyakaikannya.
Namun demikian warga pun sangat terhibur yang sejak awal terlihat was - was saat menyaksikan prosesi itu, suasana sekitar pun berubah jadi senang dan tidak kaku.
Lokasi tersebut ditemukan berbagai kepingan material berbentuk keramik atau peninggalan leluhur.
Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata Minahasa Utara Femmy Pangkerego mengatakan,lokasi tersebut nantinya akan menjadi objek wisata yang nantinya akan dikunjungi masyarakat umum hingga mancanegara.