Jakarta (ANTARA) - Rupiah pada awal perdagangan Kamis menguat karena imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) menurun setelah pengumuman hasil keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi meningkat tajam 193 poin atau 1,23 persen menjadi Rp15.468 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.661 per dolar AS.
"Indeks dolar AS dan imbal hasil treasury AS turun setelah keputusan FOMC," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Indeks dolar AS melemah menjadi 103,2, level terendah dalam sepekan terakhir. Demikian pula imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun di bawah 4,1 persen, terendah sejak awal 23 Agustus.
Perkembangan tersebut diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi pasar keuangan Indonesia pada perdagangan hari ini, yang memungkinkan nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS dan peningkatan pasar saham domestik, sambil menunggu rilis data neraca perdagangan.
Reny memprediksi rupiah berpotensi menguat pada kisaran Rp15.495 per dolar AS hingga Rp15.575 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Pergerakan pasar keuangan global akan dipengaruhi oleh keputusan Bank Sentral AS (The Fed) yang mempertahankan suku bunga tetap stabil di level 5,5 persen pada FOMC pertemuan kemarin dan adanya rencana tiga kali penurunan suku bunga pada 2024. Keputusan The Fed tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar.
The Fed melihat indikator-indikator AS terkini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah melambat, peningkatan lapangan kerja telah melambat namun tetap kuat, dan tingkat pengangguran tetap rendah.
Selain itu, sistem perbankan AS sehat dan tangguh. Kondisi keuangan dan kredit yang lebih ketat bagi rumah tangga dan dunia usaha kemungkinan besar akan membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi sehingga suku bunga acuan AS atau Federal Funds Rate (FFR) dipertahankan.
Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali sejak 22 Maret, yang merupakan laju pengetatan tercepat sejak awal tahun 1980-an.
Ke depan, The Fed mengupayakan lapangan kerja dan inflasi maksimum sebesar 2 persen dalam jangka panjang dengan pemangkasan suku bunga setidaknya tiga kali menjadi 4,75 persen pada 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat karena imbal hasil obligasi AS turun
Berita Terkait
Ekonom: Kurs rupiah menguat setelah pemangkasan suku bunga Fed
Senin, 11 November 2024 9:22 Wib
Kurs rupiah menguat dipengaruhi Sri Mulyani masuk Kabinet Prabowo
Selasa, 15 Oktober 2024 10:39 Wib
Nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi normalisasi harga minyak dunia
Rabu, 9 Oktober 2024 17:17 Wib
Kurs rupiah menguat 25 persen terhadap dolar AS
Rabu, 19 Juni 2024 11:13 Wib
Analisis: Kurs rupiah menguat karena data NFP di AS lebih rendah
Senin, 6 Mei 2024 10:35 Wib
Nilai tukar rupiah menguat setelah pengumuman hasil pemilu oleh KPU
Kamis, 21 Maret 2024 10:33 Wib
Mata uang rupiah menguat karena sentimen "risk-off" terkait pemilu mereda
Senin, 12 Februari 2024 11:03 Wib
Mata uang rupiah menguat dipengaruhi penurunan imbal obligasi AS
Kamis, 28 Desember 2023 9:49 Wib