Menpora: SEA Games jadi bekal dalam persiapan menuju Olimpiade Paris
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali mengatakan pencapaian Indonesia pada SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam menjadi bekal dalam persiapan menuju Olimpiade Paris 2024.
Dia juga menyebut dalam perjalan menuju Paris, Indonesia akan menghadapi sejumlah ajang lainnya seperti SEA Games 2023 di Phnom Penh, Kamboja dan Asian Games 2022 di Hangzhou, China.
"Pada 2023 nanti ada SEA Games Kamboja dan Asian Games di China. Kita berharap ini akan menjadi satu rangkaian persiapkan sesuai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang menjadi pijakan untuk pembinaan prestasi," kata Amali dalam keterangan tertulis, Rabu.
Sejak awal, Amali menegaskan bahwa dalam DBON, SEA Games dan Asian Games merupakan sasaran antara, sedangkan sasaran utama Indonesia adalah Olimpiade dan yang terdekat Paris 2024.
Dia juga menyebut bahwa harapan masyarakat dan Presiden Joko Widodo agar Indonesia memperbaiki peringkat dari SEA Games 2019 Filipina telah dijawab kontingen Indonesia yang dikirim ke SEA Games 2021 Vietnam dengan membawa pulang 69 emas, 92 perak, dan 80 perunggu.
"Dengan komposisi atlet yang lebih sedikit dari saat ke SEA Games Filipina yang mencapai 841 dan di Vietnam hanya setengahnya yakni 499 atlet tetapi dengan raihan prestasi berada di peringkat ketiga," katanya.
SEA Games Vietnam, kata Amali, menjadi ajang untuk mengimplementasikan paradigma baru dalam pengiriman atlet. Selain itu, program cetak juara yang kaitannya dengan DBON ampuh mengangkat prestasi.
Indonesia tidak lagi bangga dengan pengiriman atlet dengan jumlah yang banyak, tetapi kualitas atlet yang dikirim benar-benar terseleksi oleh tim review.
"Ke depan kita akan makin ketatkan lagi dengan parameter-parameter yang lebih ketat, sehingga kesiapan kita sesuai DBON targetnya adalah Olimpiade," ujar Amali.
Terkait komposisi atlet yang dikirimkan adalah 60 persen atlet muda dan 40 persen senior. Hal itu sebagai upaya mempersiapkan atlet pelapis.
Dalam DBON ini, kata Amali, menjadi panduan pembinaan termasuk dalam pengiriman atlet sesuai rekomendasi tim review Kemenpora dan sport science menjadi pendamping utama.
"Jadi atlet yang tidak siap tentu tidak kita kirim. Ke depan akan ada pengetatan fisik baik kebugaran, cedera, dan sebagainya," ujar Amali menambahkan.
Dia juga kembali menegaskan pemerintah dan stakeholder olahraga akan konsisten menjalankan DBON sehingga semua benar-benar harus mempersiapkan dengan serius.
"Kita menyiapkan pembinaan-pembinaan di sentra-sentra sesuai dengan Perpres 86/2021 dan langsung kita tempelkan langsung ke perguruan tinggi, misalnya di DKI ada di UNJ, Bandung ada di UPI, Jateng di Unnes Semarang, dan Jatim di Unesa Surabaya dan sebagainya. Perguruan tinggi ini dulunya IKIP karena mereka miliki fakultas keolahragaan dan lab sport science dan lab school yang memadai," ujar Amali.
Baca juga: Usai SEA Games, PB PABSI fokus ke kualifikasi Olimpiade Paris
Baca juga: SEA Games selesai, target Indonesia pun tercapai
Dia juga menyebut dalam perjalan menuju Paris, Indonesia akan menghadapi sejumlah ajang lainnya seperti SEA Games 2023 di Phnom Penh, Kamboja dan Asian Games 2022 di Hangzhou, China.
"Pada 2023 nanti ada SEA Games Kamboja dan Asian Games di China. Kita berharap ini akan menjadi satu rangkaian persiapkan sesuai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang menjadi pijakan untuk pembinaan prestasi," kata Amali dalam keterangan tertulis, Rabu.
Sejak awal, Amali menegaskan bahwa dalam DBON, SEA Games dan Asian Games merupakan sasaran antara, sedangkan sasaran utama Indonesia adalah Olimpiade dan yang terdekat Paris 2024.
Dia juga menyebut bahwa harapan masyarakat dan Presiden Joko Widodo agar Indonesia memperbaiki peringkat dari SEA Games 2019 Filipina telah dijawab kontingen Indonesia yang dikirim ke SEA Games 2021 Vietnam dengan membawa pulang 69 emas, 92 perak, dan 80 perunggu.
"Dengan komposisi atlet yang lebih sedikit dari saat ke SEA Games Filipina yang mencapai 841 dan di Vietnam hanya setengahnya yakni 499 atlet tetapi dengan raihan prestasi berada di peringkat ketiga," katanya.
SEA Games Vietnam, kata Amali, menjadi ajang untuk mengimplementasikan paradigma baru dalam pengiriman atlet. Selain itu, program cetak juara yang kaitannya dengan DBON ampuh mengangkat prestasi.
Indonesia tidak lagi bangga dengan pengiriman atlet dengan jumlah yang banyak, tetapi kualitas atlet yang dikirim benar-benar terseleksi oleh tim review.
"Ke depan kita akan makin ketatkan lagi dengan parameter-parameter yang lebih ketat, sehingga kesiapan kita sesuai DBON targetnya adalah Olimpiade," ujar Amali.
Terkait komposisi atlet yang dikirimkan adalah 60 persen atlet muda dan 40 persen senior. Hal itu sebagai upaya mempersiapkan atlet pelapis.
Dalam DBON ini, kata Amali, menjadi panduan pembinaan termasuk dalam pengiriman atlet sesuai rekomendasi tim review Kemenpora dan sport science menjadi pendamping utama.
"Jadi atlet yang tidak siap tentu tidak kita kirim. Ke depan akan ada pengetatan fisik baik kebugaran, cedera, dan sebagainya," ujar Amali menambahkan.
Dia juga kembali menegaskan pemerintah dan stakeholder olahraga akan konsisten menjalankan DBON sehingga semua benar-benar harus mempersiapkan dengan serius.
"Kita menyiapkan pembinaan-pembinaan di sentra-sentra sesuai dengan Perpres 86/2021 dan langsung kita tempelkan langsung ke perguruan tinggi, misalnya di DKI ada di UNJ, Bandung ada di UPI, Jateng di Unnes Semarang, dan Jatim di Unesa Surabaya dan sebagainya. Perguruan tinggi ini dulunya IKIP karena mereka miliki fakultas keolahragaan dan lab sport science dan lab school yang memadai," ujar Amali.
Baca juga: Usai SEA Games, PB PABSI fokus ke kualifikasi Olimpiade Paris
Baca juga: SEA Games selesai, target Indonesia pun tercapai