Jakarta (ANTARA) - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun 2021 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyetujui pembayaran dividen sebesar Rp12,1 triliun atau 65 persen dari laba bersih konsolidasian tahun 2020 sebesar Rp18,6 triliun, sedangkan sisanya sebesar 35 persen atau sebesar Rp6,5 triliun akan digunakan sebagai saldo laba ditahan.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto di Jakarta, Kamis, mengatakan, rasio dividen tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, serta dalam rangka menjaga struktur modal yang kuat untuk ekspansi bisnis dan mengantisipasi risiko ke depan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan bank.
Dividen pay out ratio tahun buku 2020 meningkat apabila dibandingkan dengan dividen pay out ratio tahun buku 2019 sebesar 60 persen.
"Sesuai dengan tahapan implementasi Basel III, perseroan ingin menjaga tingkat rasio kecukupan modal (CAR) diatas 18 persen. Selain itu, perseroan masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh, baik secara organik maupun anorganik," ujar Catur saat jumpa pers secara daring.
Selain pembagian dividen, rapat tersebut juga menyetujui laporan tahunan perseroan, termasuk laporan tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan komisaris untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2020 dan mengesahkan laporan keuangan konsolidasian perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2020 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantoro, Sungkoro & Surja.
Secara umum, lanjut Catur, kinerja keuangan konsolidasian perseroan secara konsisten tumbuh di atas industri perbankan nasional sebagaimana tercermin dalam laporan keuangan perseroan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2020.
Total Aset BRI mencapai Rp1.511,8 triliun atau tumbuh 6,7 persen (yoy), pertumbuhan kredit mencapai 3,9 persen (yoy) atau menjadi Rp938,4 triliun dengan komposisi kredit segmen UMKM mencapai 82,1 persen. Sementara itu kredit bermasalah (NPL) Gross Perseroan tercatat 2,99 persen.
"NPL yang terjaga merupakan bentuk keberhasilan Perseroan dalam pengelolaan aset yang baik pada kondisi krisis," kata Catur.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) berhasil tumbuh 9,8 persen pada 2020 menjadi Rp1.121,1 triliun dengan rasio CASA atau dana murah sebesar 59,7 persen. Perseroan pun mampu membukukan laba bersih sebesar Rp18,66 triliun.