Jayapura (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura, Provinsi Papua, menggandeng berbagai pihak dan instansi terkait guna mencegah masuknya flu babi afrika (African swine flu/ASF) ke wilayahnya.

Kepala Balai Pertanian Kelas I Jayapura drh Muhlis Natsir di Jayapura, Minggu mengemukakan Papua merupakan populasi terbesar ketiga ternak babi di Indonesia, kurang lebih 600 ribu ekor.

Muhlis menjelaskan, flu babi afrika (African swine flu/ASF) mulai masuk Indonesia mulai November 2019 di Sumatera Utara dan merebak di 16 kabupaten/kota di daerah itu.

"Kesiagaan kami atau kewaspadaan kami, khususnya di Papua, dengan adanya instruksi Gubernur Nomor 2 Tahun 2014 tentang pelarangan babi dan pola turunannya ke Papua itu yang membuat kami bekerja sama dengan berbagai elemen," ujarnya.

"Kami di karantina tidak bisa sendiri, kalau kami sendiri juga tidak kuat sehingga perlu ada kesepahaman dan juga bagaimana mencegah ASF ini jangan sampai masuk ke Papua," katanya.

Menurut dia, flu babi afrika (African swine flu/ASF) ini adalah penyakit baru, dan perlu diketahui bahwa di Sumatera Utara itu sudah kurang lebih 60 ribu ekor babi yang  mati.

"Nah untuk itu kami bekerja sama dengan instansi terkait di bandara, pelabuhan, dan di wilayah perbatasan, untuk terus menjaga jangan sampai penyakit ASF ini masuk ke Papua," ujarnya.

Ia menambahkan, jangan sampai perjalanan ASF sampai masuk ke Papua, seperti hop colera, yang patut diwaspadai bersama.

Pada Kamis (27/2), Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura menggelar rapat koordinasi dengan instansi terkait guna membahas empat penyakit hewan berbahaya, yakni rabies, avian influenza, bruselosis, flu babi afrika yang sementara ini merebak di Sumatera Utara, dan virus corona.

Sebelumnya dikabarkan, pada Jumat (28/2) Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan memperketat lalu lintas hewan babi dan produknya dari Timor Leste mengingat adanya kasus kematian ribuan babi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024