Manado (ANTARA) - Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengekspor perhiasan ke Singapura pada Agustus 2019.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan di Manado, Senin, perhiasan/permata menjadi produk yang paling banyak diekspor ke Singapura, tetapi ekspor produk ini ke Singapura menurun sebesar 86,57 persen dibandingkan Juli.
Pada Agustus ekspor nonmigas Sulut ke Singapura senilai 10,32 juta (AS) atau 18,68 persen dari total nilai ekspor nonmigas.
Ia mengatakan secara keseluruhan nilai ekspor nonmigas Sulut pada Agustus 2019 tercatat mengalami penurunan nilai FOB sebesar 19,87 persen dibandingkan Juli 2019 yang senilai 68,96 juta dolar (m-to-m), demikian pula bila dibandingkan dengan bulan yang sama 2018 (yon-y) mengalami penurunan, sebesar 25,96 persen.
Komoditas ekspor pada bulan ini tetap didominasi oleh minyak dan lemak nabati.
Dilihat dari golongan barang HS2 digit, kontributor tertinggi pada Agustus 2019 diduduki oleh lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), dengan share golongan ini terhadap total ekspor 39,48 persen.
Nilai ekspor dari golongan barang HS 15 ini mengalami penurunan nilai FOB sebesar 36,34 persen dari bulan sebelumnya (m-to-m). Pada Agustus, komoditas pada golongan barang ini diekspor ke enam negara, yaitu China, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Pada Agustus 2019, Pelabuhan Bitung kembali menjadi gerbang ekspor barang asal Sulut yang paling besar nilainya, yaitu 18,18 juta dolar AS (32,89 persen dari total ekspor).
Pada posisi kedua, barang ekspor asal Sulawesi Utara melalui Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu senilai 13,33 juta dolar AS (24,13 persen). Nilai ekspor dari Pelabuhan Bitung menurun sebesar 46,41 persen, sementara dari Pelabuhan Tanjung Priok meningkat 5,18 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan di Manado, Senin, perhiasan/permata menjadi produk yang paling banyak diekspor ke Singapura, tetapi ekspor produk ini ke Singapura menurun sebesar 86,57 persen dibandingkan Juli.
Pada Agustus ekspor nonmigas Sulut ke Singapura senilai 10,32 juta (AS) atau 18,68 persen dari total nilai ekspor nonmigas.
Ia mengatakan secara keseluruhan nilai ekspor nonmigas Sulut pada Agustus 2019 tercatat mengalami penurunan nilai FOB sebesar 19,87 persen dibandingkan Juli 2019 yang senilai 68,96 juta dolar (m-to-m), demikian pula bila dibandingkan dengan bulan yang sama 2018 (yon-y) mengalami penurunan, sebesar 25,96 persen.
Komoditas ekspor pada bulan ini tetap didominasi oleh minyak dan lemak nabati.
Dilihat dari golongan barang HS2 digit, kontributor tertinggi pada Agustus 2019 diduduki oleh lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), dengan share golongan ini terhadap total ekspor 39,48 persen.
Nilai ekspor dari golongan barang HS 15 ini mengalami penurunan nilai FOB sebesar 36,34 persen dari bulan sebelumnya (m-to-m). Pada Agustus, komoditas pada golongan barang ini diekspor ke enam negara, yaitu China, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Pada Agustus 2019, Pelabuhan Bitung kembali menjadi gerbang ekspor barang asal Sulut yang paling besar nilainya, yaitu 18,18 juta dolar AS (32,89 persen dari total ekspor).
Pada posisi kedua, barang ekspor asal Sulawesi Utara melalui Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu senilai 13,33 juta dolar AS (24,13 persen). Nilai ekspor dari Pelabuhan Bitung menurun sebesar 46,41 persen, sementara dari Pelabuhan Tanjung Priok meningkat 5,18 persen.