Manado (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw mengajak semua pihak termasuk warga Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) menanamkan sikap toleransi dan antirasisme.

"Meskipun berbeda suku, agama dan ras, seluruh masyarakat di muka bumi adalah sama-sama ciptaan Tuhan sehingga harus saling mengasihi dan menghormati," ajaknya pada Seminar dan Dialog Kemitraan Tentang Isu-Isu Rasisme dan Intoleransi di Tomohon, Sabtu.

Sekarang ini, kata dia, rasisme dan intoleransi mulai menampakkan wujudnya di berbagai lini kehidupan sehingga harus diatasi semua pihak termasuk warga gereja.

Rasisme dan intoleransi, menurut Steven Kandouw,  merupakan kejadian yang nyata dan banyak terlihat dalam kehidupan masyarakat. Banyak ujaran-ujaran berbau rasisme yang mengakibatkan pertengkaran dan perpecahan bahkan telah memakan korban.

"Sebagai warga gereja harus menanamkan sikap toleransi dan antirasisme sejak dini. Kita harus memiliki sikap saling menghormati orang lain tanpa memandang suku, agama maupun ras seseorang," katanya.

Dia mengatakan perbedaan-perbedaan yang ada berperan sebagai alat pemersatu, bukan pemecah, dan rasisme dan intoleran sangat berlawanan dengan Pancasila.

"Dengan melawan rasisme dan intoleran maka kita dapat mewujudkan Indonesia yang sungguh ber-Bhineka Tunggal Ika, menerima perbedaan dan menggunakannya sebagai sarana memperkuat persatuan bangsa," katanya.

Dia mengajak seluruh komponen warga gereja tampil terdepan melawan rasisme, radikalisme dan intoleran.

"Warga gereja justru yang akan menjadi penangkal paling depan terhadap intoleransi dan radikalisme," ujar politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Pada Seminar dan Dialog Kemitraan Tentang Isu-Isu Rasisme dan Intoleransi itu ikut dihadiri Ketua Sinode GMIM Pdt Hein Arina, Ketua BPMJ wilayah se Rayon Tomohon, Bitung dan Minut, serta Manado.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024