Manado (ANTARA) - Harga cengkih atau yang dijuluki "emas cokelat" di provinsi Sulawesi Utara (Sulut) selama Agustus 2019 mengalami penurunan dari Rp76.000 per kilogram  pada bulan Junli menjadi Rp75.000 per kilogram.

"Saat ini harga cengkih periode Agustus di Sulut turun 1,32 persen dibanding bulan lalu," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Ronny Erungan di Manado, Jumat.

Dia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan harga di tingkat pedagang pengumpul agar tetap berpihak ke petani.

"Kami akan tetap melakukan pengawasan di sentra perdagangan Kota Manado dan sekitarnya, akan pergerakan harga sejumlah komoditas unggulan Sulut," jelasnya.

Kepala Disperindag Sulut Jenny Karouw mengatakan Pemerintah Sulut tidak tinggal diam, dalam hal ini Gubernur Sulut Olly Dondokambey terus mencari cara agar harga cengkih di Sulut tidak anjlok saat produksi melimpah.

"Pemerintah terus mencari terobosan sehingga harga cengkih Sulut dijual dengan harga yang wajar dan menguntungkan petani," jelasnya.

Pemerintah Sulut, katanya, menjalin kerja sama dengan PT Djarum Kudus akan siap membeli cengkih Sulut dengan harga Rp85 ribu per kilogram, dan memiliki kadar air 13 persen.

"Kami tahu komoditas cengkih Sulut memiliki ciri khas dan kualitas yang berbeda dengan cengkih di daerah lain," katanya.

Sehingga, sejumlah perusahaan rokok wajib menambahkan komoditas cengkih asal Sulut dalam setiap produknya, karena memiliki kekhasan tersendiri.

Kesediaan PT Djarum menyerap sebagian besar komoditi yang sering disebut ’emas cokelat’ ini dengan harga layak dapat dimanfaatkan oleh petani di Sulut.

"Dengan hitungan tersebut diharapkan petani bisa memperoleh untung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” katanya.

Adapun kedatangan PT Djarum dan pabrikan lainnya merupakan upaya Gubernur Olly Dondokambey untuk mengintervensi harga cengkih yang turun.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024