San Francisco (ANTARA) - Produsen pesawat terbang utama AS, Boeing Company, pada Rabu (24/7/2019) melaporkan bahwa perusahaan membukukan kerugian sekitar 3 miliar dolar AS dalam perolehan labanya untuk kuartal kedua 2019 sebagai akibat dari larangan terbang global terhadap pesawat 737 MAX.
Boeing mengatakan pendapatan triwulanannya menukik 35 persen mencapai 15,8 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 24 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, karena jet terlarisnya 737 MAX tetap dilarang terbang secara global sejak pertengahan Maret tahun ini menyusul dua kecelakaan mematikan yang menewaskan 346 orang di Indonesia dan Ethiopia.
Perusahaan itu mengatakan pendapatan kuartal kedua 15,8 miliar dolar AS dan kerugian GAPP 5,21 dolar AS per saham mencerminkan biaya 737 MAX yang diumumkan sebelumnya, yang memangkas pendapatan 5,6 miliar dolar AS dan laba 8,74 dolar AS per saham.
Boeing mengatakan pekan lalu bahwa akan diperlukan 4,9 miliar dolar AS dalam biaya setelah pajak untuk menutup kemungkinan kompensasi bagi maskapai yang telah membatalkan ribuan penerbangan jet 737 MAX, dua di antaranya yang jatuh di Indonesia pada Oktober tahun lalu dan di Ethiopia pada Maret tahun ini.
Menurut Boeing hilangnya pendapatan kuartal kedua sebagian dibantu oleh pendapatan operasi yang lebih baik dari bisnis pertahanan, luar angkasa, keamanan dan layanan, yang meningkat 159 persen hingga mencapai 975 juta dolar AS dibandingkan dengan 376 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor pertahanan perusahaan menghasilkan pendapatan 6,6 miliar dolar AS untuk kuartal tersebut, naik 8 persen dari angka 6,1 miliar dolar AS pada periode sama 2018.
Sementara itu, sektor komersial Boeing hanya menghasilkan 4,7 miliar dolar AS dalam pendapatan untuk kuartal kedua, turun tajam sebesar 66 persen dari 13,95 miliar dolar AS yang diraih pada periode yang sama tahun lalu.
Boeing mengirimkan 90 pesawat komersial untuk kuartal kedua, turun 54 persen dibandingkan dengan angka 194 pada periode yang sama 2018, dan perusahaan tidak melakukan pengiriman pesawat 737 MAX untuk kuartal ini.
CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan bahwa perusahaan akan mempertimbangkan untuk mengurangi produksi 737 MAX ke level di bawah tingkat saat ini 42 pesawat per bulan, atau untuk sementara menangguhkan produksi jika layanan operasi pesawat ditunda lebih lanjut.
Boeing mengumumkan pada April bahwa produksi bulanan 737 MAX berkurang dari tingkat 52 menjadi 42 pesawat setelah kecelakaan udara kedua di Ethiopia.
Boeing mengatakan bahwa pedoman 2019 sebelumnya tidak mencerminkan dampak dari larangan terbang 737 MAX dan pedoman baru akan dikeluarkan di waktu mendatang karena ketidakpastian waktu dan kondisi seputar pengembalian layanan operasi armada 737 MAX.
Pembuat pesawat AS mengatakan sedang bekerja sama dengan regulator federal AS pada proses yang telah mereka buat untuk mensertifikasi pembaruan perangkat lunak 737 MAX.
"Dengan fokus yang jelas pada nilai-nilai kami, kami memberikan bagi pelanggan kami, bekerja untuk mengembalikan 737 MAX dengan aman ke layanan dan menangkap peluang baru," cuit Muilenburg pada Rabu (24/7/2019).
Boeing mengatakan pendapatan triwulanannya menukik 35 persen mencapai 15,8 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 24 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun lalu, karena jet terlarisnya 737 MAX tetap dilarang terbang secara global sejak pertengahan Maret tahun ini menyusul dua kecelakaan mematikan yang menewaskan 346 orang di Indonesia dan Ethiopia.
Perusahaan itu mengatakan pendapatan kuartal kedua 15,8 miliar dolar AS dan kerugian GAPP 5,21 dolar AS per saham mencerminkan biaya 737 MAX yang diumumkan sebelumnya, yang memangkas pendapatan 5,6 miliar dolar AS dan laba 8,74 dolar AS per saham.
Boeing mengatakan pekan lalu bahwa akan diperlukan 4,9 miliar dolar AS dalam biaya setelah pajak untuk menutup kemungkinan kompensasi bagi maskapai yang telah membatalkan ribuan penerbangan jet 737 MAX, dua di antaranya yang jatuh di Indonesia pada Oktober tahun lalu dan di Ethiopia pada Maret tahun ini.
Menurut Boeing hilangnya pendapatan kuartal kedua sebagian dibantu oleh pendapatan operasi yang lebih baik dari bisnis pertahanan, luar angkasa, keamanan dan layanan, yang meningkat 159 persen hingga mencapai 975 juta dolar AS dibandingkan dengan 376 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sektor pertahanan perusahaan menghasilkan pendapatan 6,6 miliar dolar AS untuk kuartal tersebut, naik 8 persen dari angka 6,1 miliar dolar AS pada periode sama 2018.
Sementara itu, sektor komersial Boeing hanya menghasilkan 4,7 miliar dolar AS dalam pendapatan untuk kuartal kedua, turun tajam sebesar 66 persen dari 13,95 miliar dolar AS yang diraih pada periode yang sama tahun lalu.
Boeing mengirimkan 90 pesawat komersial untuk kuartal kedua, turun 54 persen dibandingkan dengan angka 194 pada periode yang sama 2018, dan perusahaan tidak melakukan pengiriman pesawat 737 MAX untuk kuartal ini.
CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan bahwa perusahaan akan mempertimbangkan untuk mengurangi produksi 737 MAX ke level di bawah tingkat saat ini 42 pesawat per bulan, atau untuk sementara menangguhkan produksi jika layanan operasi pesawat ditunda lebih lanjut.
Boeing mengumumkan pada April bahwa produksi bulanan 737 MAX berkurang dari tingkat 52 menjadi 42 pesawat setelah kecelakaan udara kedua di Ethiopia.
Boeing mengatakan bahwa pedoman 2019 sebelumnya tidak mencerminkan dampak dari larangan terbang 737 MAX dan pedoman baru akan dikeluarkan di waktu mendatang karena ketidakpastian waktu dan kondisi seputar pengembalian layanan operasi armada 737 MAX.
Pembuat pesawat AS mengatakan sedang bekerja sama dengan regulator federal AS pada proses yang telah mereka buat untuk mensertifikasi pembaruan perangkat lunak 737 MAX.
"Dengan fokus yang jelas pada nilai-nilai kami, kami memberikan bagi pelanggan kami, bekerja untuk mengembalikan 737 MAX dengan aman ke layanan dan menangkap peluang baru," cuit Muilenburg pada Rabu (24/7/2019).