Manado (ANTARA) - Harga emas cokelat julukan untuk komoditas cengkih Sulawesi Utara (Sulut) terus mengalami penurunan jelang panen raya di tahun 2019.

"Harga cengkih sebelumnya bertahan diangka Rp100 ribu per kilogram, tapi, pascalebaran turun menjadi Rp75 ribu per kilogram," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw di Manado, Rabu.

Jenny mengatakan penurunan harga tersebut terjadi karena ada dinamika ekonomi, yaitu permintaan dan penawaran tidak seimbang.

Dia mengatakan di sini pemerintah daerah tidak bisa melakukan intervensi, seperti halnya yang dilakukan pada bahan pokok strategis.

"Komoditas cengkih, adalah barang bebas dan mengikuti perkembangan harga dunia," jelasnya.

Namun, katanya, pemerintah akan terus melakukan pemantauan dan tindakan sehingga petani tidak merugi.

Karena itu, dia menyarankan agar harga cengkih tidak terus tergerus, maka meminta petani untuk tidak langsung menjual hasil panennya tetapi menahan stok dulu.

Wakil Ketua Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) Sulut Adrian Sembel mengatakan, pemerintah daerah mesti campur tangan atas penurunan salah satu komoditi andalan Sulut, agar harganya tidak terus anjlok.

Sebab, kata dia, meskipun tidak semua warga Sulut memiliki kebun cengkih, namun emas coklat ini dinilainya mampu memberikan kontribusi sekira 60 persen dari perputaran ekonomi daerah.

Sejumlah petani cengkih di Minahasa berharap harga cengkih bisa kembali di atas angka Rp100.000 per kilogram.

"Jika harga cengkih terus anjlok, petani akan merugi, dan pasti berdampak pada kesejahteraan keluarga," kata Albert Warouw.
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024