Manado (ANTARA) - Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara (Sulut) Refly Ngantung mengajak petani mengembangkan produk turunan seperti gula kelapa dan tidak terpaku pada kopra.

"Harga kopra saat ini memang sementara turun hingga level Rp5.000 sampai Rp6.000 per kilogramnya, petani diharapkan tidak terpaku pada kopra semata, tetapi mencari alternatif yang lain seperti gula kelapa," kata Refly di Manado, Kamis.

Menurut dia, sekarang ini pemerintah terus mengembangkan kelapa genjah yang dalam waktu tidak terlalu lama bisa berproduksi dengan jumlah butir dalam setiap tanda lebih banyak dari biasanya.

Varitas tanaman kelapa dengan masa produksi yang jauh lebih cepat seperti "ODSK Lobu" kata dia, telah dibagikan kepada petani yang berada di sentra-sentra tanaman kelapa.

"Produksi kelapa genjah ini selain bisa dimanfaatkan untuk produk kopra, juga bisa hydrococo bahkan gula kelapa. Ini yang kita dorong agar petani mencari alternatif lain," ujarnya.

Cara untuk mendapatkan gula kelapa, kata Refly, tak jauh beda dengan membuat gula aren.

"Awalnya dari mayang kelapa, kemudian melalui proses tertentu keluarlah seperti cairan atau air yang kemudian ditampung. Air ini kemudian yang diolah menjadi gula kelapa," katanya.

Gula kelapa, lanjut Refly relatif lebih aman dan sehat bila dibandingkan dengan gula tebu dan gula aren.

"Gula tebu jumlah kalorinya diperkirakan mencapai 95 persen, gula aren sekitar 57 persen, sementara gula kelapa berkisar 35 persen, artinya lebih aman dan sehat," katanya.

Meski begitu, lanjut dia, petani kelapa diharapkan memperhatikan sisi kwantitas, kwalitas serta kontinyuitas produk yang dihasilkan.***
 

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Karel Alexander Polakitan
Copyright © ANTARA 2024