Tahuna, Sulut (ANTARA) - Kepala Stasiun Karantina Ikan (SKI) Sangihe Sulawesi Utara, Gery Lumiu mengatakan, guna menjamin nama baik Indonesia dalam kegiatan ekspor ikan tuna, para petani harus dapat mengizinkan kuakitas ikan.

"Kami meminta nelayan agar tetap menjaga kualitas ikan agar memiliki nilai jual yang baik," kata Gery Lumiu kepada 'Antara' di Tahuna, Rabu.

Menurut dia, pihak SKI Sangihe saat ini terus memberikan sosialisasi kepada nelayan termasuk perlunya sertifikasi bisnis khusus untuk mendapatkan ikan.

Dia mengatakan, sertifikasi yang disetujui sangat penting untuk menjamin kualitas ikan yang akan diminta agar tetap terjamin.

Menurut dia, Uni Eropa sangat ketat dalam menghargai kualitas ikan.

Mereka menuntut kualitas ikan tetap prima sejak penangkapan oleh nelayan termasuk penanganan oleh pengumpul hingga bantuan oleh eksportir.

"Satu kelalaian kecil saja yang ditemukan, akan berakibat fatal bagi ekspor komoditi selanjutnya," kata dia.

Untuk itu, secara proaktif pihaknya telah mendatangi pengumpul ikan termasuk yang ada di kampung Kauhis.

"Kami telah meminta bapak Wiliam Landeng salah satu pengumpul hasil tangkapan nelayan di kampung Kauhis guna memberikan penjelasan agar tempat yang dikumpulkan ikan dibuat lebih higyenis untuk mencegah agar ikan tidak terkontaminasi bakteri atau virus," kata dia.

Sementara dalam hal pengecekan kualitas penangkapan ikan, Wiliam sebagai pengumpul sudah cukup ahli dan jujur.

Kualitas ikan tuna yang bagus kata dia, dibayar dengan harga Rp45 ribu per kilogram.

Sementara kualitas rendah, dibeli dengan harga Rp20 ribu perkilogram atau disetujui dijual di pasar.

Dia juga mengatakan, berdasarkan pengamatannya, tangkapan ikan tuna terus ditingkatkan.

Hal ini merupakan akibat langsung dari hengkangnya kapal nelayan asing dari kapal Indonesia.

Dia sangat optimis, menangkap ikan di Sangihe terus meningkat di masa depan yang langsung juga meningkat keluarga. *** 1 ***

Pewarta : Jerusalem Mendalora

Copyright © ANTARA 2024