Manado, (Antaranews Sulut) - Guna mempermudah masyarakat di wilayah Terdepan, Terluar dan Terpencil (3T) memperoleh uang layak edar, BI berupaya untuk menjamin tersedianya uang rupiah dalam jumlah nominal yang cukup, pecahan yang sesuai, tepat waktu, dalam kondisi yang layak edar dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
    Dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan cakupan wilayah maritim yang cukup luas, khususnya Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terdapat daerah-daerah kepulauan yang sulit dijangkau dengan moda transportasi umum yang tersedia.
    Sehingga, rupiah di wilayah 3T khususnya kepulauan terdapat uang rupiah dengan kondisi sebagian besar lusuh atau tidak layak edar, terutama uang pecahan kecil. 
    Hal ini disebabkan terbatasnya jangkauan layanan perbankan setempat dan kendala sarana transportasi umum untuk melakukan distribusi uang ke daerah tersebut, masih banyak masyarakat di Kepulauan Sulawesi Utara belum mengenal uang Rupiah Tahun Emisi 2016 (TE 16) yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada 19 Desember 2016.
    Dan, masyarakat setempat belum sepenuhnya memahami ciri-ciri keaslian uang Rupiah, dan tata cara memperlakukan uang Rupiah dengan baik sehingga berpotensi beredarnya uang yang diragukan keasliannya.Adanya kabar tentang penggunaan mata uang asing untuk bertransaksi di pulau-pulau terluar tersebut.
    Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Soekowardojo mengatakan sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 6 tahun 2009 dan Undang-Undang Mata Uang No 7 tahun 2011, Bank Indonesia merupakan lembaga yang bertugas untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang tersebut dari peredaran.
    Sehingga, katanya, BI memandang perlu adanya upaya-upaya spesifik yang memungkinkan terlaksananya distribusi, sosialisasi pengenalan uang rupiah TE 16 serta penukaran uang secara lebih baik, melalui kerja sama dengan pihak yang memiliki akses pelayaran laut yang dapat menjangkau pulau–pulau terpencil dan terluar di Sulut, dalam hal ini kami bekerja sama dengan TNI AL dan pemerintah setempat.
    Layanan kas dan sosialisasi pulau-pulau terluar di Sulut, kata Soekowardojo, merupakan salah satu bentuk nyata Bank Indonesia dalam berupaya menarik Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dan memperkuat peredaran uang Rupiah di pulau-pulau terluar tersebut karena beredar kabar masyarakat bertransaksi menggunakan mata uang negara asing.
    Kas keliling di pulau-pulau terluar di Sulut tersebut masuk dalam program kerja tahunan Divisi Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) yang bekerja sama dengan BI Perwakilan Sulut untuk dapat mengikut sertakan pegawai (DPU) dalam setiap kegiatan Kas Keliling di pulau-pulau terluar di Sulut.
    Di pekan ketiga bulan Oktober 2018 ini, BI melakukan kegiatan Kas Keliling di Pulau- Pulau Terluar di Sulut khususnya kunjungan ke tujuh Pulau antara lain, Pulau Lirung, Pulau Marampit, Pulau Miangas, Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Pulau Nusa dan Pulau Kalama dengan menggunakan KRI Sultan Iskandar Muda – 367 milik TNI AL.
    Soekowardojo menjelaskan dalam kegiatan kas keliling tujuh pulau terluar Sulut ini untuk melaksanakan penukaran uang Rupiah yang sudah Tidak Layak Edar (UTLE) maupun penukaran uang pecahan kecil (UPK) oleh tim Kas Keliling, melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah, serta memberikan pemahaman tentang memperlakukan uang Rupiah dengan baik kepada masyarakat di pulau-pulau tersebut.
    Juga, katanya, memberian bantuan PSBI berupa perangkat komputer, alat kesenian, alat olahraga dan buku–buku serta peralatan sekolah kepada siswa-siswi di beberapa sekolah yang berada di tujuh pulau tersebut.

Pulau Lirung

    Deputi BI Perwakilan Sulut Buwono Budisantoso menjelaskan pada hari pertama tanggal 15 Oktober 2018 kegiatan ekspedisi dan bergegas menuju pelabuhan Bitung untuk bersiap melakukan perjalanan menuju Pulau Lirung, pulau pertama yang dikunjungi.
    Pulau Lirung adalah salah satu pulau kecil yang berada di Kabupaten Talaud Provinsi Sulut, Pulau ini hanya memiliki panjang kurang dari 3 (tiga) Km dan lebar kurang dari 1 (satu) Km. Secara administratif pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Lirung, jumlah penduduk disana tidak lebih dari 100 Kepala Keluarga saja, dan mata pencarian mereka sebagian besar adalah nelayan. 
    Masyarakat di Pulau Lirung, katanya, sudah diinfokan terlebih dahulu sehingga sebelum menukarkan uang lusuh yang mereka punya dan kami melakukan edukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah serta simbolis pemberian PSBI.
    Kegiatan penukaran uang (UTLE) kepada masyarakat sekitar selama kurang lebih 3 (tiga) jam dengan menyerap modal kerja sebanyak Rp174,791 juta dengan rincian penukaran dari bank BRI sebesar Rp48 juta, Bank BPD sebesar Rp24 juta,- dan penukaran dari masyarakat sebesar Rp102,791 juta. 
    "Sebagian besar uang yang kami serap adalah uang (UTLE)," katanya.

Pulau Marampit
    
    Pulau Marampit adalah salah satu pulau di Provinsi Sulut, dan merupakan pusat administrasi Kecamatan Talaud. Secara administratif Pulau Marampit terbagi enam Desa, yakni Dwi Warna, Kampung Baru, Merdeka, Nusantara, Raja wali dan Tanah rata. 
    Topografi pulau ini cenderung datar, sehingga memungkinkan didirikannya kota kecil. Pulau Marampit memiliki kantor pemerintahan, toko, dermaga, dan bandara kecil. 
    Penduduk pulau ini bejumlah kurang lebih 14.000 jiwa, mata pencarian masyarakatnya sebagian besar nelayan, berdagang dan pengrajin manisan buah pala. 
    Tim Ekspedisi Pulau-Pulau Terluar ini disambut dengan penyambutan adat khas Pulau Marampit, sepanjang perjalanan disambut oleh warga dan anak-anak sekolah pulau Marampit. 
    Di Pulau Marampit ini juga BI melakukan sosialisasi seperti di pulau sebelumnya, kemudian dengan menyerap modal kerja sebanyak Rp24,263juta dan selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat dan tujuan berikutnya yang telah dijadwalkan.

Pulau Miangas

    Pulau Miangas terdapat di Kapupaten Talaud, Sulawesi Utara. Pulau paling utara yang berbatasan langsung dengan Filipina ini adalah salah satu dari 7 (tujuh) pulau kecil terluar yang menjadi target ekpedisi BI. 
    Dia mengatakan Tim Kas Keliling tujuh pulau di Provinsi Sulawesi Utara disambut oleh Camat Pulau Miangas Bapak Sepno R R P S H dan Kepala Desa Pulau Miangas Lupa, dilanjutkan edukasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah.
    Lalu tim dibagi menjadi 2 (dua) tim pertama melakukan edukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah di sekolah-sekolah yang ada di Pulau Miangas dan tim kedua membuka layanan penukaran uang rusak dan uang kecil menyerap modal kerja sebanyak Rp74,133 juta.
    Dilanjutkan dengan Simbolis PSBI yang diserahkan kepada perwakilan TK, SDN, SMP dan SMK yang ada di Pulau Miangas.

Pulau Marore

    Pulau Marore adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan dengan negara Filiphina, pulau marore merupakan bagian dari wilayah pemerintah kapubaten Kepulauan Sangihe. 
    Tidak terdapat transportasi umum yang regular untuk menghubungkan Pulau Marore dengan Ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yakni Kota manado, sehingga masyarakat harus menyewa kapal penangkap ikan (katinting) milik nelayan sekitar untuk dapat menuju ibu kota Kabupaten.
    Tim Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Terluar si Provinsi Sulewesi Utara tiba dengan menggunakan KRI Sultan Iskandar Muda-367, akan tetapi kapal utama juga tidak dapat merapat karena kondisi perairan yang dangkal di sekitar pulau Marore selanjutnya tim Ekspedisi melanjutkan perjalanan untuk mencapai Pulau Marore dengan perahu sekoci. 
    Setibanya di Pulau Marore kami disambut oleh Ibu Camat dan penduduk desa yang telah menunggu, kemudian melakukan penukaran uang yang layak edar, serta edukasi masyarakat agar memperlakukan uang dengan baik.

Pulau Kawaluso

    Pulau Kawaluso merupakan salah satu pulau terluar yang terletak di wilayah Sulawesi Utara adalah pulau yang berada disebelah utara pulau Sangihe, pulau ini memiliki luas wilayah 0,9 km2 akses dan transportasi yang sangat minim untuk menjangkau Pulau Kawaluso. 
    Perjalanan ke Pulau Kawaluso dari Pulau Marore membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dengan KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan dilanjutkan dengan sekoci.
    Buwono mengatakan tim Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Terluar di Provinsi Sulawesi Utara tiba di Pulau Kawaluso dan bergegas melakukan penyerahan PSBI kepada ibu Kepala desa Pulau Kawaluso dilanjutkan dengan sosialisasi ciri-ciri uang Rupiah, karena keterbatasan waktu tim hanya dapat melakukan kegiatan penukaran bagi masyarakat Pulau Kawaluso hingga pukul 16:40 WITA, dengan jumlah penukaran yang di peroleh sebesar Rp 1,093 juta.

Pulau Nusa

    Pulau Nusa merupakan pulau ke-6 (enam) yang menjadi tujuan Tim Ekpedisi Kepulauan Sulawesi Utara. 
    Pulau Nusa berada pada kawasan Kepulauan Sangihe, Kapubaten Kepulauan Talaud, serta berbatasan langsung dengan negara Filipina sehingga menjadi fokus Tim Ekspedisi untuk mengunjungi pulau ini. 
    Tim menyerahkan PSBI kepada masyarkat secara Simbolis, dilanjutkan dengan edukasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah dan penukaran Uang Lusuh dan Uang Tidak Layak Edar. 
    Hasil penukaran di Pulau Nusa sebesar Rp26,470 juta, terdiri dari uang kertas dan uang logam.
    Kemudian, tim bergegas menuju pulau selanjutnya yaitu Pulau Kalama pulau terkahir yang menjadi tujuan dalam menjamin ketersediaan rupiah di wilayah perbatasan Sulut.

Pulau Kalama

    Pulau kalama merupakan salah satu pulau yang berada di Kecamatan Tatoareng, kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinisi Sulawesi Utara. 
    Merupakan pulau ke 7 (tujuh) dan pulau terakhir yang akan dikunjungi dalam kegiatan ekpedisi ini. 
    Setelah penyambutan oleh kepala desa Pulau Kalama dilanjutkan dengan Edukasi Ciri-ciri Keaslian uang Rupiah dan penukaran uang lusuh, rusak dan dicabut dari peredaran. 
    Jumlah uang yang berhasil diserap di Pulau Kalam sebesar Rp32,384 juta.
    Kemudian, katanya, Tim ekpedisi kembali menuju KRI Sultan Iskandar Muda-367 untuk kembali menuju pelabuhan Bitung.
    Pimpinan Rombongan Tim Ekspedisi tujuh pulau di Sulut Ayub Pelita Hati selaku mengucapkan banyak terima kasih atas kerja samanya kepada Komandan KRI Letkol Laut (P) Himawan dan seluruh angggota TNI AL KRI Sultan Iskandar Muda-367 sehingga dapat terselenggaranya kegiatan ekspedisi ini dengan aman dan lancar.

Antusiasme masyarakat

    Ayub menjelaskan antusias masyarakat akan hadirnya Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan penukaran uang UTLE di Pulau-Pulau terluar di Kabupaten Kepulauan Provinsi Sulawesi Utara ini sangat besar, mengingat kendala sulitnya akses dan minimnya moda transportasi regular untuk menuju kesana dan perbankan hanya terdapat Kota, menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat untuk mendapatkan uang yang layak edar (ULE). 
    Mayoritas masyarakat antusias dan menyambut sangat baik sekali dengan kedatangan Bank Indonesia di wilayah mereka karena dapat menukarkan uang (UTLE) yang mereka punya dengan uang (HCS).
    Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta pengobatan gratis dan pemberian bantuan karena sangat sulitnya akses menuju ke daerah mereka.
    Menurutnya sebagai pelaksana kegiatan Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Terluar Di Sulawesi Utara sangat diperlukan, untuk menjangkau daerah-daerah terluar yang minim alat transportasi dan kebutuhan akan uang dalam kondisi layak edar sangat diperlukan untuk transaksi mereka karena belum terdapatnya perbankan di daerah mereka. 
    Kegiatan Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Terluar Di Sulut sangat baik, namun kondisi alam yang kurang baik membuat durasi penukaran tidak maksimal dikarenakan gelombang ombak yang tinggi sangat berbahaya bila Tim menggunakan sekoci untuk merapat ke pulau tujuan dan kembali ke KRI Sultan Iskandar muda 367.
    Tim juga mengucapkan banyak terimakasih karena telah dipercaya untuk melakukan kegiatan kas keliling di Kepulauan Sulawesi Utara ini sehingga kegiatan dapat berlangsung aman dan lancar.***3***
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024