Jakarta, (AntaraSulut) - Bank Indonesia mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan mengoptimalkan program klaster di daerah.

"Terkait sasaran pencapaian inflasi, kebijakan tersebut dilakukan melalui salah satu strategi pengembangan UMKM yang dilakukan BI," ucap Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Yoga Affandi pada Pelatihan Wartawan Daerah BI 2017 di Jakarta, Senin.

Strategi dimaksud yaitu meningkatkan kapasitas ekonomi UMKM, salah satunya peningkatan produktivitas melalui penguatan dan optimalisasi program pengendalian inflasi (klaster) dengan fokus pada komoditas penyumbang inflasi (volatile foods).

Dia mengatakan, salah satu penyumbang inflasi berasal dari komoditas volatile foods, yaitu komoditas bahan makanan yang rentan terhadap gangguan sisi pasokan sehingga memiliki volatilitas harga yang tinggi.

Permasalahan pada komoditas volatile foods terjadi di hampir seluruh wilayah umumnya terkait dengan kendala produksi.

Sejak tahun 2014 pengembangan Program Pengendalian Inflasi (klaster) difokuskan pada komoditas ketahanan pangan, komoditas berorientasi ekspor, dan komoditas sumber tekanan inflasi/volatile foods.

Ia mengatakan dengan tujuan meningkatkan kapasitas UMKM untuk memperkecil gap antara supply dan demand sehingga meminimalisir tekanan harga yang mendorong inflasi.

Sehingga, katanya, memberdayakan pelaku usaha karena melibatkan banyak petani dan UMKM.

Dia menjelaskan ada 173 klaster binaan komoditas pertanian di seluruh Indonesia yang memanfaatkan lahan seluas 7.534 hektar, melibatkan 13.767 petani/peternak dan menyerap 27.552 tenaga kerja.

Yoga menjelaskan dampak Program Klaster Bank Indonesia meningkatkan kinerja usaha tani yang tergambar dari peningkatan produktivitas, akses terhadap pasar input,

pemanfaatan dan luas lahan, serta penerapan teknik dan inovasi budidaya yang lebih baik (organic).

"Meningkatkan pendapatan rata-rata pelaku usaha tani yang disebabkan meningkatnya jumlah dan kualitas produksi," jelasnya.

Berkembangnya aspek kelembagaan pelaku usaha tani bertambahnya jumlah anggota koperasi/kelompok tani dan meningkatnya peran dan kontribusi koperasi/kelompok tani.

"Meningkatkan akses terhadap informasi dan pasar output serta peningkatan daya tawar petani dengan bertambahnya pilihan pasar output bagi petani," jelasnya.

Dan, katanya, meningkatkan akses pembiayaan bagi pelaku usaha tani.

"Pengendalian inflasi di tahun 2017 menghadapi beberapa tantangan, baik berasal dari eksternal maupun domestik, yang perlu diwaspadai dan dimitigasi sejak dini," jelasnya.

Tantangan dari eksternal terutama terkait dengan kenaikan harga komoditas global.

Sementara, katanya, tantangan domestik berasal kelanjutan kebijakan reformasi subsidi energi yang lebih tepat sasaran, berupa penyesuaian harga untuk pelanggan listrik dengan daya 900 VA.

Meskipun demikian, kebijakan reformasi

tersebut perlu didukung untuk mewujudkan aspek pemerataan dan menciptakan keuangan negara yang lebih seha






Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024