Manado (ANTARA) - Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I Sugeng Harianto mengatakan mesin pompa air untuk irigasi yang awalnya digerakkan diesel akan dikonversi menggunakan listrik atau panel surya.

"Menteri Pertanian saat penanaman padi di Kakas, Kabupaten Minahasa kalau nggak salah beliau meminta supaya mesin pompa yang selama ini diputar atau tenaga sumber listriknya menggunakan diesel atau solar, dikonversi menjadi listrik," kata Sugeng di Manado, Sulawesi Utara, Kamis.

Menurut dia, untuk lokasi-lokasi yang jauh dari jaringan PLN akan digunakan panel surya untuk menggerakkan mesin pompa sehingga tidak memberatkan masyarakat.

Selama ini, kata Sugeng, kendala yang dihadapi saat mengoperasionalkan mesin pompa diesel adalah ketersediaan solar.

"Masyarakat sangat berat ketika membeli solar untuk memutar mesin," ujarnya.

Padahal, menurut dia, sebenarnya pada waktu perencanaan sudah diperhitungkan dengan nilai panen sekian, masih mampu, ada iuran kelompok penerima manfaat untuk membeli solar.

"Namun, menjadi salah satu kendala karena harga solar tinggi," ujarnya.

Sugeng mengutip penjelasan Menteri Pertanian saat melakukan kunjungan kerja ke Sulut belum lama ini, "Di mana ada jaringan listrik PLN maka akan dikonversi menjadi listrik PLN karena di PLN ada juga semacam subsidi tarif untuk kebutuhan petani," ujarnya.

Sementara konversi diesel ke solar cell, jika lokasinya jauh dari jaringan listrik PLN akan disiapkan solar cell, walaupun untuk penyediaannya membutuhkan tanah yang sangat luas.

"Ini salah satu yang menjadi kendala untuk membangun solar cell," katanya.

Sugeng menjelaskan, untuk kapasitas pompa air 10 liter per detik maka harus disiapkan tanah sekitar 10 kali 15 meter persegi.

"Itu yang menyebabkan sebagian masyarakat tidak mau, tidak rela untuk melepaskan tanahnya," ujar dia.

Menurut Sugeng, BWSS I nantinya akan mencari cara supaya pola ini bisa diterima masyarakat penerima manfaat karena memang kenyataannya di lapangan ini semua membutuhkan air untuk mengairi sawah atau lahan pertanian.


Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2025