Jakarta, 8/10 (Antara) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 61 poin menjadi Rp13.882 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.821 per dolar AS.

         "Nilai tukar rupiah bergerak stabil meski cenderung melemah, namun paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah cukup mampu menjaga mata uang domestik," kata analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta, Kamis.

         Menurut dia, rupiah masih berpotensi mengalami penguatan mengingat aliran dana pemodal asing masih terus masuk ke aset-aset investasi di Indonesia, terutama ke pasar saham.

         Di sisi lain, lanjut dia, suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) yang akan masih bertahan di level rendah hingga akhir tahun ini juga menjadi salah satu faktor yang menopang nilai tukar rupiah.

         "Diperkirakan the Fed menaikkan suku bunga pada kuartal I 2016, proyeksi itu yang membuat pelaku pasar asing kembali menempatkan dananya di pasar negara berkembang seperti Indonesia, apalagi Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi," katanya.

         Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sebagian investor sedang mencermati Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini untuk melihat prospek kenaikan suku bunga, apakah akan terjadi tahun ini atau kembali mundur di tahun 2016.

         Ia memprediksi kenaikan suku bunga bank sentral AS akan terjadi pada tahun 2016 mendatang menyusul beberapa data ekonomi AS yang mengecewakan salah satunya data tenaga kerja yang di bawah ekspektasi.

         "Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya," katanya. 

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024