Manado (ANTARA) - Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) mengukuhkan Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) yang diharapkan mampu menurunkan angka stunting di daerah tersebut.
"Saya mengapresiasi kepada semua pihak yang bersedia menjadi Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting, sehingga diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Manado," kata Wali Kota Manado Andrei Angouw yang didampingi Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang, saat pengukuhan Bapak/Bunda Asuhan Anak Stunting tersebut di Manado, Jumat.
Wali Kota berharap agar angka stunting dapat mencapai nol secara umum di Kota Manado.
“Kita harus sehat agar dapat bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia," jelasnya.
Dengan nol kasus stunting, katanya, Manado akan memiliki masyarakat yang sehat dan unggul di masa depan
Wali Kota juga menekankan pentingnya membantu anak-anak yang masuk dalam kategori stunting untuk keluar dari kondisi tersebut dan tumbuh dengan sehat.
Angka kasus stunting di Kota Manado terjadi penurunan dari tahun ke tahun, berdasar data dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) setempat, sejak dari tahun 2021 prevalensinya dengan angka 1,54 persen, berangsur menurun hingga di bulan Februari 2024 di angka 0,42 persen.
"Saya mengapresiasi kepada semua pihak yang bersedia menjadi Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting, sehingga diharapkan mampu menurunkan angka stunting di Manado," kata Wali Kota Manado Andrei Angouw yang didampingi Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang, saat pengukuhan Bapak/Bunda Asuhan Anak Stunting tersebut di Manado, Jumat.
Wali Kota berharap agar angka stunting dapat mencapai nol secara umum di Kota Manado.
“Kita harus sehat agar dapat bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia," jelasnya.
Dengan nol kasus stunting, katanya, Manado akan memiliki masyarakat yang sehat dan unggul di masa depan
Wali Kota juga menekankan pentingnya membantu anak-anak yang masuk dalam kategori stunting untuk keluar dari kondisi tersebut dan tumbuh dengan sehat.
Angka kasus stunting di Kota Manado terjadi penurunan dari tahun ke tahun, berdasar data dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) setempat, sejak dari tahun 2021 prevalensinya dengan angka 1,54 persen, berangsur menurun hingga di bulan Februari 2024 di angka 0,42 persen.