Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi Rp16.088 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 5 April 2024 sebesar Rp15.848 per dolar AS.

Ekonom sekaligus Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh melesetnya spekulasi pasar terkait kebijakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed.

Menurutnya, pasar mengira bahwa The Fed akan segera menurunkan tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, namun hingga saat ini The Fed masih belum memutuskan kebijakan tersebut.

Bahkan rupiah telah melemah sebelum adanya serangan Iran ke Israel pada Sabtu malam (13/4) karena dolar AS terus menguat dibandingkan mata uang lain.

"Saya sendiri memprediksi The Fed tidak mungkin menurunkan suku bunga sampai tengah tahun ini karena tingkat inflasi AS masih di atas target. Intinya secara eksternal kita akan menghadapi tantangan serius. Ini bisa membuat rupiah tertekan," kata Bambang dalam diskusi "Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI" yang diselenggarakan oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter secara virtual di Jakarta.

Bambang mengatakan, kondisi eksternal menjadi penyebab utama nilai tukar rupiah mengalami pelemahan.

 

Pewarta : Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024