Manado (ANTARA) - Pendapatan negara pada awal tahun 2024 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mencapai Rp388,29 miliar hingga akhir Januari 2024.
"Dalam pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan yang telah terealisasi adalah senilai Rp388,29 miliar atau 7,42 persen dari target yang telah ditetapkan, terkontraksi 22,28 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sulawesi Utara Hari Utomo, di Manado, Rabu.
Dia mengatakan tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulut sampai dengan akhir Januari 2024 adalah sebesar Rp333,18 miliar atau telah terealisasi sebesar 8,42 persen dari target penerimaan tahun 2024.
Ia menjelaskan dari sisi pemerintah, ketidakpastian ekonomi di tingkat global yang masih terdampak oleh pandemi dan isu geopolitik global, direspons melalui kebijakan yang didanai oleh APBN dan APBD.
Hari menjelaskan kontribusi per jenis pajak hingga bulan Januari didominasi PPh sebesar Rp166 miliar. Kemudian diikuti PPN dan PPnBM Rp152 miliar, PBB dengan realisasi Rp10 miliar, dan pajak lainnya Rp3,9 miliar.
Selain dari penerimaan pajak, menurut Hari, salah satu sumber pendapatan APBN berasal dari bea dan cukai, yang realisasinya sampai dengan akhir Januari 2024 mencapai Rp7,3 miliar.
Untuk periode bulan Januari 2024 penerimaan cukai terealisasikan Rp0,19 miliar, dan bea masuk Rp6,62 miliar serta realisasi bea keluar Rp0,5 miliar.
Pendapatan APBN lainnya bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), capaian PNBP hingga akhir Januari 2024 sebesar Rp47,79 miliar atau 3,98 persen dari target.
Ia menjelaskan di tingkat regional, kondisi perekonomian Provinsi Sulut secara umum juga menunjukkan pemulihan dan penguatan seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat.
Hal itu ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,48 persen dari tahun 2022.
Untuk tingkat inflasi, secara year on year, Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,57 persen, sementara itu untuk Sulut, dalam periode yang sama mengalami inflasi sebesar 3,81 persen.
Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada bulan Januari 2024 naik 2,69 persen menjadi 115,88. Sebaliknya, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan dari 106,56 di bulan Desember 2023 ke 106,07 di bulan Januari 2024.
Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulut pada Januari 2024 berada di 40,24 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan menunjukkan peningkatan dari bulan Desember pada 59,11 juta dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pendapatan negara awal 2024 di Sulut mencapai Rp388,29 miliar
"Dalam pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara, Pendapatan yang telah terealisasi adalah senilai Rp388,29 miliar atau 7,42 persen dari target yang telah ditetapkan, terkontraksi 22,28 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sulawesi Utara Hari Utomo, di Manado, Rabu.
Dia mengatakan tercatat realisasi penerimaan pajak di Sulut sampai dengan akhir Januari 2024 adalah sebesar Rp333,18 miliar atau telah terealisasi sebesar 8,42 persen dari target penerimaan tahun 2024.
Ia menjelaskan dari sisi pemerintah, ketidakpastian ekonomi di tingkat global yang masih terdampak oleh pandemi dan isu geopolitik global, direspons melalui kebijakan yang didanai oleh APBN dan APBD.
Hari menjelaskan kontribusi per jenis pajak hingga bulan Januari didominasi PPh sebesar Rp166 miliar. Kemudian diikuti PPN dan PPnBM Rp152 miliar, PBB dengan realisasi Rp10 miliar, dan pajak lainnya Rp3,9 miliar.
Selain dari penerimaan pajak, menurut Hari, salah satu sumber pendapatan APBN berasal dari bea dan cukai, yang realisasinya sampai dengan akhir Januari 2024 mencapai Rp7,3 miliar.
Untuk periode bulan Januari 2024 penerimaan cukai terealisasikan Rp0,19 miliar, dan bea masuk Rp6,62 miliar serta realisasi bea keluar Rp0,5 miliar.
Pendapatan APBN lainnya bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), capaian PNBP hingga akhir Januari 2024 sebesar Rp47,79 miliar atau 3,98 persen dari target.
Ia menjelaskan di tingkat regional, kondisi perekonomian Provinsi Sulut secara umum juga menunjukkan pemulihan dan penguatan seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian dan masyarakat.
Hal itu ditunjukkan dari beberapa indikator. Pertama, untuk pertumbuhan ekonomi di Sulut tumbuh 5,48 persen dari tahun 2022.
Untuk tingkat inflasi, secara year on year, Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,57 persen, sementara itu untuk Sulut, dalam periode yang sama mengalami inflasi sebesar 3,81 persen.
Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada bulan Januari 2024 naik 2,69 persen menjadi 115,88. Sebaliknya, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan dari 106,56 di bulan Desember 2023 ke 106,07 di bulan Januari 2024.
Dari sisi kinerja neraca perdagangan, Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) di Sulut pada Januari 2024 berada di 40,24 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan menunjukkan peningkatan dari bulan Desember pada 59,11 juta dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pendapatan negara awal 2024 di Sulut mencapai Rp388,29 miliar