Washington, 19/2 (Antara/Xinhua-OANA) - Presiden AS Barack Obama pada Rabu (18/2) mengatakan perang melawan ekstremisme penuh kekerasan tak berarti itu adalah perang melawan Islam dan dunia mesti menentang pemberian keabsahan religius bagi kelompok teror.
"Kami tidak berperang melawan Islam," kata Obama selama pidato utama pada hari kedua Pertemuan Puncak Gedung Putih mengenai "Countering Violent Extremism". "Kami berperang melawan orang yang telah menyesatkan Islam."
Obama menegaskan penting untuk tidak menganggap buruk satu masyarakat cuma karena kepercayaan mereka, dan menyeru para pemimpin Muslim agar berbicara keras dalam memerangi fanatisme dengan kekerasan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Tak ada agama yang bertanggung-jawab atas terorisme, orang bertanggung-jawab atas kekerasan dan aksi teror," kata Obama.
Saat acara tiga-hari tersebut memasuki hari keduanya, Obama dan Wakil Presiden Joe Biden berbicara panjang untuk tidak mengatakan bahwa itu adalah pertemuan puncak mengenai fanatisme Islam.
Selama pidato setengah-jam, Obama berbicara mengenai tantangan lain dalam menghadapi sikap keras, termasuk penanganan kesulitan politik dan ekonomi yang dimanfaatkan oleh pelaku teror. Ia menambahkan masyarakat juga memainkan peran penting dalam memerangi fanatis yang melibatkan kekerasan.
Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest pada Rabu pagi mengatakan meskipun Gedung Putih mengakui bahwa rangakan ideologi yang sangat rumit telah berusaha mencerburkan diri ke dalam masyarakat Muslim, bentuk lain ekstremisme juga telah mendorong orang lain untuk melakukan aksi kekerasan.
"Ekstremisme telah berlangsung dalam berbagai bentuk di negeri ini, dengan cara yang telah menyebarkan kerusuhan," kata Earnest.
"Kami tidak berperang melawan Islam," kata Obama selama pidato utama pada hari kedua Pertemuan Puncak Gedung Putih mengenai "Countering Violent Extremism". "Kami berperang melawan orang yang telah menyesatkan Islam."
Obama menegaskan penting untuk tidak menganggap buruk satu masyarakat cuma karena kepercayaan mereka, dan menyeru para pemimpin Muslim agar berbicara keras dalam memerangi fanatisme dengan kekerasan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Tak ada agama yang bertanggung-jawab atas terorisme, orang bertanggung-jawab atas kekerasan dan aksi teror," kata Obama.
Saat acara tiga-hari tersebut memasuki hari keduanya, Obama dan Wakil Presiden Joe Biden berbicara panjang untuk tidak mengatakan bahwa itu adalah pertemuan puncak mengenai fanatisme Islam.
Selama pidato setengah-jam, Obama berbicara mengenai tantangan lain dalam menghadapi sikap keras, termasuk penanganan kesulitan politik dan ekonomi yang dimanfaatkan oleh pelaku teror. Ia menambahkan masyarakat juga memainkan peran penting dalam memerangi fanatis yang melibatkan kekerasan.
Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest pada Rabu pagi mengatakan meskipun Gedung Putih mengakui bahwa rangakan ideologi yang sangat rumit telah berusaha mencerburkan diri ke dalam masyarakat Muslim, bentuk lain ekstremisme juga telah mendorong orang lain untuk melakukan aksi kekerasan.
"Ekstremisme telah berlangsung dalam berbagai bentuk di negeri ini, dengan cara yang telah menyebarkan kerusuhan," kata Earnest.