Manado (ANTARA) - Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XVII Sulawesi Utara Sri Sugiharta berharap, melalui Lomba Perahu Layar Tradisional, pihaknya dapat turut melestarikan warisan budaya yang dimiliki.
“Harapannya, melalui lomba ini masyarakat Manado khususnya para nelayan dapat melestarikan warisan budaya Sulawesi Utara (Sulut) terkait dengan perahu layar tradisional,” kata Sugiharta usai membuka lomba perahu layar tradisional, di Manado, Minggu.
Dia menambahkan, perahu layar tradisional ini, salah satu warisan budaya kita, salah satu warisan budaya masyarakat Sulawesi termasuk Sulut.
“Dengan adanya lomba ini kita jadikan sebagai momentum untuk menyadarkan kembali bahwa ini merupakan warisan yang penting untuk harus kita lestarikan. Karena kalau tidak kita lestarikan nanti lama-lama akan musnah akan hilang,” katanya.
Menurut dia, lomba tersebut adalah kegiatan pertama kali dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara, dan berharap ini akan menjadi kegiatan berkelanjutan.
“Ini merupakan permulaan, berharap kedepan ini bisa menjadi kalender tahunan atau menjadi kegiatan berkala. Berharap juga nanti akan semakin banyak pemangku kepentingan atau pihak-pihak lain untuk bekerja sama dengan kita termasuk pemerintah kota atau pemerintah provinsi sehingga lomba perahu layar ini bisa lebih besar, bisa diikuti lebih banyak peserta dan bisa disaksikan lebih banyak masyarakat,” katanya.
Terkait untuk dilaksanakan di wilayah kepulauan, dia mengatakan, nanti akan dikaji, kemungkinan menyelenggarakan di tempat lain.
“Di Sulut ada pulau-pulau terluar di wilayah Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud. Nanti kedepan akan kita kaji apakah akan kita laksanakan disana, sekaligus untuk menampilkan, mengenalkan budaya perbatasan,” katanya.
Tetapi di pulau-pulau terluar, lanjut dia, memiliki tantangan alam tersendiri seperti ombaknya besar, sehingga perlu dikaji dulu apakah bisa dilaksanakan disana atau tidak.
Lomba perahu layar tradisional yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut tersebut diikuti 140 peserta dengan 70 perahu perahu layar terdiri dari berbagai kelompok nelayan yang ada di Manado.
Masing-masing Kelompok Nelayan Malalayang, Kelompok Nelayan Bahu, Kelompok Nelayan Megamas, Kelompok Nelayan Karangria, Kelompok Nelayan Maasing, dan Kelompok Nelayan Molas.
Dalam lomba tersebut, ada dua jenis perahu yang digunakan oleh para nelayan, yakni perahu jenis kayu dan perahu fiber/triplek.
Rute lomba dimulai dari Pantai Karangria, menuju Bunaken, lalu kembali ke Pantai Karangria sebagai garis finish.
“Harapannya, melalui lomba ini masyarakat Manado khususnya para nelayan dapat melestarikan warisan budaya Sulawesi Utara (Sulut) terkait dengan perahu layar tradisional,” kata Sugiharta usai membuka lomba perahu layar tradisional, di Manado, Minggu.
Dia menambahkan, perahu layar tradisional ini, salah satu warisan budaya kita, salah satu warisan budaya masyarakat Sulawesi termasuk Sulut.
“Dengan adanya lomba ini kita jadikan sebagai momentum untuk menyadarkan kembali bahwa ini merupakan warisan yang penting untuk harus kita lestarikan. Karena kalau tidak kita lestarikan nanti lama-lama akan musnah akan hilang,” katanya.
Menurut dia, lomba tersebut adalah kegiatan pertama kali dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara, dan berharap ini akan menjadi kegiatan berkelanjutan.
“Ini merupakan permulaan, berharap kedepan ini bisa menjadi kalender tahunan atau menjadi kegiatan berkala. Berharap juga nanti akan semakin banyak pemangku kepentingan atau pihak-pihak lain untuk bekerja sama dengan kita termasuk pemerintah kota atau pemerintah provinsi sehingga lomba perahu layar ini bisa lebih besar, bisa diikuti lebih banyak peserta dan bisa disaksikan lebih banyak masyarakat,” katanya.
Terkait untuk dilaksanakan di wilayah kepulauan, dia mengatakan, nanti akan dikaji, kemungkinan menyelenggarakan di tempat lain.
“Di Sulut ada pulau-pulau terluar di wilayah Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud. Nanti kedepan akan kita kaji apakah akan kita laksanakan disana, sekaligus untuk menampilkan, mengenalkan budaya perbatasan,” katanya.
Tetapi di pulau-pulau terluar, lanjut dia, memiliki tantangan alam tersendiri seperti ombaknya besar, sehingga perlu dikaji dulu apakah bisa dilaksanakan disana atau tidak.
Lomba perahu layar tradisional yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut tersebut diikuti 140 peserta dengan 70 perahu perahu layar terdiri dari berbagai kelompok nelayan yang ada di Manado.
Masing-masing Kelompok Nelayan Malalayang, Kelompok Nelayan Bahu, Kelompok Nelayan Megamas, Kelompok Nelayan Karangria, Kelompok Nelayan Maasing, dan Kelompok Nelayan Molas.
Dalam lomba tersebut, ada dua jenis perahu yang digunakan oleh para nelayan, yakni perahu jenis kayu dan perahu fiber/triplek.
Rute lomba dimulai dari Pantai Karangria, menuju Bunaken, lalu kembali ke Pantai Karangria sebagai garis finish.