Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai hoaks jelang Pemilu 2024 agar pesta demokrasi itu tidak bergeser menjadi bencana dan konflik horizontal.
Hal tersebut, kata dia, lantaran adanya segelintir pihak yang memanfaatkan momentum pemilu untuk menyebarkan hoaks dan memecah belah bangsa demi kepentingan kekuasaan golongannya saja.
"Kerentanan penyebaran hoaks selama proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 melalui media sosial patut diwaspadai. Mengingat tingginya tingkat penetrasi internet di Tanah Air," kata Bamsoet, sapaan karibnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Bamsoet usai melangsungkan pertemuan dengan pengurus DPP Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad).
Bamsoet menuturkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,2 persen atau menyentuh angka 215,6 jiwa hingga awal Maret 2023, sebagaimana data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Adapun berdasarkan laporan hasil survei We are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang atau 60,4 persen dari populasi dalam negeri pada Januari 2023.
Untuk itu, Bamsoet mengingatkan tingginya penetrasi internet dan pengguna media sosial harus diimbangi pula dengan keadaban digital.
"Ironisnya, dari laporan hasil survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (Indeks Keadaban Digital) tahun 2020 yang dirilis Februari 2021, Indonesia menempati urutan 29 dari 32 negara yang disurvei, atau yang 'terburuk' untuk kawasan Asia Pasifik," tuturnya.
Dia juga mengingatkan agar bangsa Indonesia senantiasa merawat persatuan dan kesatuan agar tidak diadu domba dan dipecah belah, berkaca pada politik adu domba (Devide et Impera) yang dilancarkan penjajah dahulu untuk menguasai rempah-rempah di Tanah Air.
"Dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku yang memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, menjadi faktor sosiologis yang menempatkan tingkat heterogenitas bangsa kita sangat tinggi," katanya.
Bahkan, lanjut dia, bangsa Indonesia tetap menjadi rebutan hingga masa kini karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar.
Di antaranya, nikel terbesar pertama dunia, batu bara terbesar ke-2 dunia, emas terbesar ke-6 dunia, tembaga terbesar ke-7 dunia, dan gas alam terbesar ke-13 dunia.
"Ditambah posisi geografis yang strategis dalam lalu lintas kemaritiman, telah menempatkan kita sebagai magnet bagi berbagai kepentingan global sekaligus menempatkan kita pada posisi yang rentan dari ancaman perpecahan," kata dia.
Pada pertemuan tersebut, turut hadir pula pengurus DPP Hipakad, antara lain Ketua Umum Hipakad Hariara Tambunan, Sekjen Hipakad M. Agus Miftah, hingga Bendahara Umum Hipakad M. Bowmen Marbun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bamsoet ingatkan waspadai hoaks jelang Pemilu 2024
Hal tersebut, kata dia, lantaran adanya segelintir pihak yang memanfaatkan momentum pemilu untuk menyebarkan hoaks dan memecah belah bangsa demi kepentingan kekuasaan golongannya saja.
"Kerentanan penyebaran hoaks selama proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 melalui media sosial patut diwaspadai. Mengingat tingginya tingkat penetrasi internet di Tanah Air," kata Bamsoet, sapaan karibnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Bamsoet usai melangsungkan pertemuan dengan pengurus DPP Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad).
Bamsoet menuturkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,2 persen atau menyentuh angka 215,6 jiwa hingga awal Maret 2023, sebagaimana data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Adapun berdasarkan laporan hasil survei We are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang atau 60,4 persen dari populasi dalam negeri pada Januari 2023.
Untuk itu, Bamsoet mengingatkan tingginya penetrasi internet dan pengguna media sosial harus diimbangi pula dengan keadaban digital.
"Ironisnya, dari laporan hasil survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (Indeks Keadaban Digital) tahun 2020 yang dirilis Februari 2021, Indonesia menempati urutan 29 dari 32 negara yang disurvei, atau yang 'terburuk' untuk kawasan Asia Pasifik," tuturnya.
Dia juga mengingatkan agar bangsa Indonesia senantiasa merawat persatuan dan kesatuan agar tidak diadu domba dan dipecah belah, berkaca pada politik adu domba (Devide et Impera) yang dilancarkan penjajah dahulu untuk menguasai rempah-rempah di Tanah Air.
"Dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku yang memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, menjadi faktor sosiologis yang menempatkan tingkat heterogenitas bangsa kita sangat tinggi," katanya.
Bahkan, lanjut dia, bangsa Indonesia tetap menjadi rebutan hingga masa kini karena memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar.
Di antaranya, nikel terbesar pertama dunia, batu bara terbesar ke-2 dunia, emas terbesar ke-6 dunia, tembaga terbesar ke-7 dunia, dan gas alam terbesar ke-13 dunia.
"Ditambah posisi geografis yang strategis dalam lalu lintas kemaritiman, telah menempatkan kita sebagai magnet bagi berbagai kepentingan global sekaligus menempatkan kita pada posisi yang rentan dari ancaman perpecahan," kata dia.
Pada pertemuan tersebut, turut hadir pula pengurus DPP Hipakad, antara lain Ketua Umum Hipakad Hariara Tambunan, Sekjen Hipakad M. Agus Miftah, hingga Bendahara Umum Hipakad M. Bowmen Marbun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bamsoet ingatkan waspadai hoaks jelang Pemilu 2024