Manado (ANTARA) - Dalam kunjungan kerjanya ke Jepang, Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw ikut belajar penanganan bencana dan pengelolaan sampah di negara tersebut.
Seperti halnya Sulawesi Utara, Jepang juga berada di kawasan ring of fire sehingga rawan bencana erupsi, gempa bumi, dan tsunami.
Selain itu, Jepang berada di samudera lepas (sabuk topan Pasifik) yang juga bisa mempengaruhi perubahan iklim serta terjadinya bencana angin topan.
Karena itu pula, Wakil Gubernur Sulut Steven O.E. Kandouw bersama rombongan jajaran Pemprov Sulut mempelajari langsung manajemen lingkungan dan penanganan bencana alam di Jepang, Jumat (7/7).
Kedatangan Wagub Kandouw diterima IDEA Consultan INC dan Tim JICA (Japan International Cooperation Agency) yaitu Matsasugu Komiya, Vice President IDEA,
Sotoru Morishita, Executive Vice President Head of Institute of Enviromental Ecologi dan Noritoshi Maehara GM 'Overseas Project Division' serta Sun Uchiyama Researcher of Global Consulting Departement.
Pada pertemuan itu, Satoru Morishita menjelaskan hasil kajian dampak bencana dan ancaman iklim dunia termasuk Indonesia dan Sulut.
Satoru juga menampilkan video bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kota Manado beberapa waktu lalu serta ancaman gunung berapi di Sulut.
Di samping itu, Satoru menjelaskan manajemen penanganan bencana termasuk rencana pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
"Jepang bangkit saat terjadi bencana dan juga manajemen lingkungan menjadi prioritas pemerintah Jepang dalam mengelola penanganan bencana dan lingkungan hidup.
Wagub Kandouw menyampaikan apresiasi penuh atas dukungan IDEA dan kesepakatan kerjasama penyusunan perencanaan penanganan bencana dan manajemen Lingkungan bersama IDEA.
Kandouw optimis penanganan bencana banjir, longsor dan bencana alam lainnya di Sulut semakin optimal dengan dukungan dari IDEA dan JICA Jepang yang terbukti mampu membuat penanganan bencana di Jepang dengan baik.
Tak hanya berhasil menangani bencana, Jepang juga terbukti mampu mengelola sampah warganya secara modern.
Untuk itu, usai pertemuan dengan IDEA, Wagub Kandouw bersama rombongan di antaranya Kadis P3AD Sulut Kartika Devi Kandouw-Tanos dan Kadiskominfo Sulut Evans Steven Liow melanjutkan kunker dengan mengunjungi Suginami Incineration Plant yang merupakan tempat pengelolaan limbah sampah di 23 provinsi di Jepang.
Deputi Environment Business Development Suginami Incineration Plant, Takanobu Kaneko menjelaskan, awal pembangunan pengelolaan sampah yang sempat mendapat penolakan warga karena dibangun di tengah kota sampai akhirnya masyarakat mendukung dan bahkan ikut terlibat dengan penanganan sampah.
Selain itu, Kandouw juga menyaksikan video penjelasan secara detail pengolahan sampah dan melihat langsung proses pengelolaan sampah terpadu.
Kandouw pun mengapresiasi Suginami Incineration Plant dan berharap Pemprov Sulut dapat bekerjasama dan hal serupa dapat dilaksanakan di Sulut.
Kandouw juga meminta Wakil Walikota Manado Richard Sualang dan Wakil Bupati Minahasa Utara Kevin Lotulong yang ikut serta dalam rombongan segera menyiapkan integrasi pembuangan dan pengelolaan sampah di ilo ilo dapat diwujudkan bersama
"Bahkan manajemennya harus seperti Suginami Incinerator Plant karena harapan Bapak Gubernur akhir tahun ini dapat diwujudkan karena sementara dalam pembangunan;" katanya.
Kandouw optimis pengelolaan sampah di ilo ilo mampu mengintegrasikan penanganan sampah di tiga kota dan dua kabupaten, yaitu Kota Manado, Tomohon, Bitung serta Kabupaten Minahasa Utara dan Minahasa.
"Sehingga masalah sampah akan tertangani dengan baik dan ingat tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat ini akan sia-sia, kuncinya kita harus berkolaborasi dan bukan hanya itu budaya bersih harus jadi muatan lokal di sekolah-sekolah sejak usia dini," terangnya.
"Sehingga apa yang dilakukan pemerintah Jepang dapat dilakukan oleh kita budaya bersih anti sampah; ini bukan hanya masalah penanganan tapi akan menjadi budaya bersih dan masyarakat kita sehat serta lingkungan kita asri seperti di Jepang yang kita lihat saat ini tertata dengan baik," lanjutnya.
Seperti halnya Sulawesi Utara, Jepang juga berada di kawasan ring of fire sehingga rawan bencana erupsi, gempa bumi, dan tsunami.
Selain itu, Jepang berada di samudera lepas (sabuk topan Pasifik) yang juga bisa mempengaruhi perubahan iklim serta terjadinya bencana angin topan.
Karena itu pula, Wakil Gubernur Sulut Steven O.E. Kandouw bersama rombongan jajaran Pemprov Sulut mempelajari langsung manajemen lingkungan dan penanganan bencana alam di Jepang, Jumat (7/7).
Kedatangan Wagub Kandouw diterima IDEA Consultan INC dan Tim JICA (Japan International Cooperation Agency) yaitu Matsasugu Komiya, Vice President IDEA,
Sotoru Morishita, Executive Vice President Head of Institute of Enviromental Ecologi dan Noritoshi Maehara GM 'Overseas Project Division' serta Sun Uchiyama Researcher of Global Consulting Departement.
Pada pertemuan itu, Satoru Morishita menjelaskan hasil kajian dampak bencana dan ancaman iklim dunia termasuk Indonesia dan Sulut.
Satoru juga menampilkan video bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kota Manado beberapa waktu lalu serta ancaman gunung berapi di Sulut.
Di samping itu, Satoru menjelaskan manajemen penanganan bencana termasuk rencana pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
"Jepang bangkit saat terjadi bencana dan juga manajemen lingkungan menjadi prioritas pemerintah Jepang dalam mengelola penanganan bencana dan lingkungan hidup.
Wagub Kandouw menyampaikan apresiasi penuh atas dukungan IDEA dan kesepakatan kerjasama penyusunan perencanaan penanganan bencana dan manajemen Lingkungan bersama IDEA.
Kandouw optimis penanganan bencana banjir, longsor dan bencana alam lainnya di Sulut semakin optimal dengan dukungan dari IDEA dan JICA Jepang yang terbukti mampu membuat penanganan bencana di Jepang dengan baik.
Tak hanya berhasil menangani bencana, Jepang juga terbukti mampu mengelola sampah warganya secara modern.
Untuk itu, usai pertemuan dengan IDEA, Wagub Kandouw bersama rombongan di antaranya Kadis P3AD Sulut Kartika Devi Kandouw-Tanos dan Kadiskominfo Sulut Evans Steven Liow melanjutkan kunker dengan mengunjungi Suginami Incineration Plant yang merupakan tempat pengelolaan limbah sampah di 23 provinsi di Jepang.
Deputi Environment Business Development Suginami Incineration Plant, Takanobu Kaneko menjelaskan, awal pembangunan pengelolaan sampah yang sempat mendapat penolakan warga karena dibangun di tengah kota sampai akhirnya masyarakat mendukung dan bahkan ikut terlibat dengan penanganan sampah.
Selain itu, Kandouw juga menyaksikan video penjelasan secara detail pengolahan sampah dan melihat langsung proses pengelolaan sampah terpadu.
Kandouw pun mengapresiasi Suginami Incineration Plant dan berharap Pemprov Sulut dapat bekerjasama dan hal serupa dapat dilaksanakan di Sulut.
Kandouw juga meminta Wakil Walikota Manado Richard Sualang dan Wakil Bupati Minahasa Utara Kevin Lotulong yang ikut serta dalam rombongan segera menyiapkan integrasi pembuangan dan pengelolaan sampah di ilo ilo dapat diwujudkan bersama
"Bahkan manajemennya harus seperti Suginami Incinerator Plant karena harapan Bapak Gubernur akhir tahun ini dapat diwujudkan karena sementara dalam pembangunan;" katanya.
Kandouw optimis pengelolaan sampah di ilo ilo mampu mengintegrasikan penanganan sampah di tiga kota dan dua kabupaten, yaitu Kota Manado, Tomohon, Bitung serta Kabupaten Minahasa Utara dan Minahasa.
"Sehingga masalah sampah akan tertangani dengan baik dan ingat tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat ini akan sia-sia, kuncinya kita harus berkolaborasi dan bukan hanya itu budaya bersih harus jadi muatan lokal di sekolah-sekolah sejak usia dini," terangnya.
"Sehingga apa yang dilakukan pemerintah Jepang dapat dilakukan oleh kita budaya bersih anti sampah; ini bukan hanya masalah penanganan tapi akan menjadi budaya bersih dan masyarakat kita sehat serta lingkungan kita asri seperti di Jepang yang kita lihat saat ini tertata dengan baik," lanjutnya.