Manado, 1/7 (AntaraSulut) -Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada Juni 2014 mengalami inflasi sebesar 0,67 persen jauh lebih tinggi ketimbang inflasi nasional 0,43 persen.

"Dengan inflasi lebih tinggi nasional, berarti pergerakan harga kebutuhan pokok di daerah ini rata-rata lebih tinggi ketimbang sebagian besar daerah lainnya di Indonesia," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Faizal Anwar di Manado, Selasa.

Inflasi Manado yang cukup tajam tersebut, kata Faizal paling tinggi disebabkan kenaikan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 147 persen dan kelompok bahan makanan sebesar 1,43 persen,

Kelompok lainnya mendorong terciptanya inflasi Manado, yakni perumahan, air, listrik dan bahan bakar naik sebesar 0,14 persen, kelompok sandang 0,96 persen, kelompok kesehatan 0,12 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,33 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,05 persen.

Komoditas yang mengalami kenaikan di Kota Manado sehingga mendorong inflasi, kata Faizal, yakni tomat sayur, angkutan udara, bawang merah, bawang putih, kangkung, tarif listrik, paket liburan, tas, seragam sekolah dan baju kaos berkerah.

Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya cabai rawit, cakalang asap, cakalang sisik, ikan tindarung, cabai merah, ekor kuning, tongkol, daging ayam ras dan layang.

Dengan inflasi 0,67 persen pada Juni 2014, maka laju inflasi tahun kalender Kota Manado menjadi sebesar 1,97 persen dan inflasi tahunan year on year sebesar 6,26 persen.

Dari seluruh kota di Indonesia sebanyak 76 yang mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi.

"Di pulau Sulawesi, semua kota mengalami inflasi dan tertinggi terjadi di Kota Palu sebesar 0,94 persen sedangkan terendah di Makasar 0,25 persen," jelasnya.

Untuk Kota Watampone mengalami inflasi sebesar 0,69 persen, Pare-Pare 0,39 persen, Palopo 0,41 persen, Gorontalo 0,45 persen dan Mamuju 0,66 persen.

Pewarta :
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024