Manado (ANTARA) - Tingginya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, terutama di masa pandemi, menimbulkan keprihatinan banyak pihak, mulai dari aparat penegak hukum, para medis hingga akademisi. 

Ketua Kelompok Studi KS bencana Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta, dr. Istianto Kuntjoro, M.Sc, mengatakan, data dari halaman kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, menyebutkan, kekerasan seksual merupakan kasus yang paling banyak terjadi di Indonesia, dibandingkan kekerasan lainnya, dan korbannya terbanyak adalah perempuan dan anak.     

"Peningkatan jumlah kasus kekerasan dan pelecehan seksual ini, juga ternyata karena meningkatnya laporan oleh korban  dan temuan aparat yang berwajib," katanya. 

Walaupun, diakuinya, kekerasan seksual,  memang menjadi kasus yang sulit diungkap, karena korban lebih banyak bungkam, daripada bicara, sebab pelakunya sering adalah orang-orang terdekat. Terutama sulitnya pembuktian, karena ancaman dari pelaku, serta masih adanya korban yang tidak siap melapor ke polisi. 

"Kasus pelecehan dan kekerasan seksual menjadi selayaknya fenomena puncak gunung es, yang tidak menampilkan apa yang terjadi di bawah permukaan air," katanya. 

Kuntjoro mengungkapkan, memang tekanan psikis selama pandemi COVID-10 memungkinkan munculnya perilaku dan tindakan kekerasan dan juga perundungan seksual.

Untuk itulah, katanya, maka upaya recovery ini dibicarakan untuk  menjadi upaya pemulihan bagi mereka yang mengalami tekanan psikis yang berlebihan semasa pandemi.

"Banyaknya rentetan kasus pelecehan seksual yang diangkat  untuk diperbincangkan, adalah untuk mencari apa yang menjadi determinan dari seringnya kekerasan yang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan itu terjadi," katanya.

Karena itu menurutnya, maka Kelompok studi kedaruratan medis dan  manajemen bencana FK UKDW, akan menggelar webinar tentang hal tersebut, pada Sabtu 10 September 2022 nanti. 

"Sebagai wujud keberpihakan kami pada yang lemah yang kerap di bungkam dg berbagai cara, sekaligus memperingati Dies Natalis ke-13 Fakultas Kedokteran UKDW Yogyakarta, serta upaya recovery dari pandemi COVID-19." kata Kuntjoro.

"Webinar ini untuk mengingatkan publik bahwa ada yang belum selesai yang harus diselesaikan bersama dengan lantang mengatakan stop kekerasan dan perundungan seksual, dan harapan kami,  webinar ini memantik kesadaran kolektif untuk mengupayakan keadilan kepada yang lemah yang mudah dibungkam, dengan gerakan mengatakan tidak kepada upaya membungkam kejahatan kemanusiaan," katanya.

Dia mengatakan, pihaknya sangat berharap kiranya, webinar ini akan memantik kesadaran kolektif untuk mengupayakan keadilan kepada yang lemah yang mudah dibungkam, dengan gerakan mengatakan tidak kepada upaya membungkam kejahatan kemanusiaan.

"Juga berharap teman-teman seribu kampus tergerak untuk menggelorakan penyelesaian sekaligus bersama  bergerak menolak kekerasan, sebagai bagian upaya recovery," katanya.

 

Pewarta : Joyce Hestyawatie B

Copyright © ANTARA 2024