Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengemukakan Indonesia perlu membangun kemandirian sarana dan prasarana menghadapi ancaman Adenovirus yang diduga kuat sebagai penyebab penyakit hepatitis akut.
"Kalau sudah ada Adenovirus, akan kita lihat ketahanan Indonesia menghadapi itu. Jangan lagi mengandalkan luar negeri karena biaya yang dibutuhkan sangat mahal," kata Saleh Partaonan Daulay yang dijumpai Antara di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Senin siang.
Ia mengungkapkan bahwa ketergantungan Indonesia pada impor vaksin selama pandemi COVID-19 telah menghabiskan kocek negara hingga Rp36 triliun.
"Jumlah itu belum termasuk pengajuan Kemenkes RI untuk kembali membelanjakan vaksin COVID-19 pada 2022 sebesar Rp9 triliun," katanya.
Baca juga: Tenaga kesehatan di Manado minta anak untuk segera divaksin hepatitis
Mahalnya biaya belanja vaksin COVID-19, kata Saleh, turut dipengaruhi perjanjian bisnis antarnegara. "Rata-rata pengeluaran belanja vaksin itu business to business (B to B), walau ada juga yang hibah," katanya.
"Sementara vaksin Merah Putih yang sudah dipersiapkan selama dua tahun setengah ini belum keluar hasilnya," katanya menambahkan.
Menurut Saleh, anggaran sebesar itu cukup untuk mendanai berbagai bidang pembangunan di 36 kota/kabupaten di Indonesia, seperti pendidikan ekonomi dan lainnya.
Untuk itu, Saleh meminta penanganan Adenovirus pada kasus hepatitis di Indonesia bisa ditangani Pemerintah Indonesia secara mandiri. "Sebab Indonesia punya banyak ahli. Kita harus mandiri," katanya.
Baca juga: Puan ingatkan Pemerintah beri penjelasan akurat hepatitis akut
Dugaan kasus hepatitis akut yang hingga kini telah terdeteksi sebanyak 14 kasus di sejumlah daerah akan diangkat dalam forum pertemuan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI pada Senin siang yang menghadirkan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Selain mengangkat tema hepatitis akut, RDP kali ini juga membahas seputar persiapan Kemenkes menghadapi transisi endemi serta Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022.
Sebelumnya, Wakil Direktur Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk penyakit menular Dr Jay Butler menyebut penyakit hepatitis akut misterius pada anak yang menyebar di banyak negara diduga kuat diakibatkan infeksi Adenovirus.
Hal itu merupakan hipotesis utama dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) saat ini.
“Bukti semakin bertambah bahwa ada peran Adenovirus, khususnya Adenovirus-41,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters.
"Kalau sudah ada Adenovirus, akan kita lihat ketahanan Indonesia menghadapi itu. Jangan lagi mengandalkan luar negeri karena biaya yang dibutuhkan sangat mahal," kata Saleh Partaonan Daulay yang dijumpai Antara di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Senin siang.
Ia mengungkapkan bahwa ketergantungan Indonesia pada impor vaksin selama pandemi COVID-19 telah menghabiskan kocek negara hingga Rp36 triliun.
"Jumlah itu belum termasuk pengajuan Kemenkes RI untuk kembali membelanjakan vaksin COVID-19 pada 2022 sebesar Rp9 triliun," katanya.
Baca juga: Tenaga kesehatan di Manado minta anak untuk segera divaksin hepatitis
Mahalnya biaya belanja vaksin COVID-19, kata Saleh, turut dipengaruhi perjanjian bisnis antarnegara. "Rata-rata pengeluaran belanja vaksin itu business to business (B to B), walau ada juga yang hibah," katanya.
"Sementara vaksin Merah Putih yang sudah dipersiapkan selama dua tahun setengah ini belum keluar hasilnya," katanya menambahkan.
Menurut Saleh, anggaran sebesar itu cukup untuk mendanai berbagai bidang pembangunan di 36 kota/kabupaten di Indonesia, seperti pendidikan ekonomi dan lainnya.
Untuk itu, Saleh meminta penanganan Adenovirus pada kasus hepatitis di Indonesia bisa ditangani Pemerintah Indonesia secara mandiri. "Sebab Indonesia punya banyak ahli. Kita harus mandiri," katanya.
Baca juga: Puan ingatkan Pemerintah beri penjelasan akurat hepatitis akut
Dugaan kasus hepatitis akut yang hingga kini telah terdeteksi sebanyak 14 kasus di sejumlah daerah akan diangkat dalam forum pertemuan Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR RI pada Senin siang yang menghadirkan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono.
Selain mengangkat tema hepatitis akut, RDP kali ini juga membahas seputar persiapan Kemenkes menghadapi transisi endemi serta Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022.
Sebelumnya, Wakil Direktur Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk penyakit menular Dr Jay Butler menyebut penyakit hepatitis akut misterius pada anak yang menyebar di banyak negara diduga kuat diakibatkan infeksi Adenovirus.
Hal itu merupakan hipotesis utama dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) saat ini.
“Bukti semakin bertambah bahwa ada peran Adenovirus, khususnya Adenovirus-41,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters.