Manado (ANTARA) - Irjen Kementan, Jan S Maringka mengatakan, Kementerian akan mendukung pengembangan serat Abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut).
"Sebagai salah satu pulau terluar saya berharap muncul ekspor komoditas pertanian dari wilayah perbatasan. Kami mendukung penuh pengembangan serat Abaka di daerah ini," kata Maringka di Manado, Rabu.
Dia menyayangkan, sebagai tanaman endemis Talaud yang permintaan pasarnya besar namun serat Abaka tidak bisa diekspor karena terkendala sarana produksi.
"Dari laporan petani yang saya dapat, mereka butuh mesin pemintal untuk disebar di beberapa titik kebun agar produksi serat Abaka ini maksimal, medannya cukup sulit di sana," ujarnya.
Tindak lanjut dari permasalahan ini, kata dia, dirinya akan berkoordinasi dengan jajaran Dirjen Kementan agar solusi petani yang membudidayakan komoditas ini di Talaud dapat terpecahkan.
"Sebenarnya harga mesin pemintal tersebut relatif murah, semoga bisa dipenuhi oleh Kementan," sebutnya.
Dia optimistis, apabila pengembangan serat Abaka tersebut dioptimalisasi akan mendorong peningkatan kesejahteraan petani yang membudidayakan komoditas ini.
Karantina Pertanian Manado diharapkan terus mengawal agar serat Abaka ini dapat menjadi komoditas ekspor unggulan dari Sulut.
"Saya sudah sampaikan juga ke Bupati Talaud dan Kepala Dinas Pertanian, agar pengembangan serat Abaka ini menjadi prioritas pemerintah daerah," katanya menambahkan.
Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih berharap dukungan dari Irjen Kementan dapat segera terealisasi agar serat Abaka kembali dapat diekspor.
"Permintaan pasarnya sudah ada terutama ke Jepang," jelas Donni.
Di sela-sela kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Ketua Panitia Perayaan Paskah Nasional, Maringka menyempatkan diri bertemu dan berdialog dengan petani yang mengembangkan serat Abaka (Musa Textilis) di daerah tersebut.
"Sebagai salah satu pulau terluar saya berharap muncul ekspor komoditas pertanian dari wilayah perbatasan. Kami mendukung penuh pengembangan serat Abaka di daerah ini," kata Maringka di Manado, Rabu.
Dia menyayangkan, sebagai tanaman endemis Talaud yang permintaan pasarnya besar namun serat Abaka tidak bisa diekspor karena terkendala sarana produksi.
"Dari laporan petani yang saya dapat, mereka butuh mesin pemintal untuk disebar di beberapa titik kebun agar produksi serat Abaka ini maksimal, medannya cukup sulit di sana," ujarnya.
Tindak lanjut dari permasalahan ini, kata dia, dirinya akan berkoordinasi dengan jajaran Dirjen Kementan agar solusi petani yang membudidayakan komoditas ini di Talaud dapat terpecahkan.
"Sebenarnya harga mesin pemintal tersebut relatif murah, semoga bisa dipenuhi oleh Kementan," sebutnya.
Dia optimistis, apabila pengembangan serat Abaka tersebut dioptimalisasi akan mendorong peningkatan kesejahteraan petani yang membudidayakan komoditas ini.
Karantina Pertanian Manado diharapkan terus mengawal agar serat Abaka ini dapat menjadi komoditas ekspor unggulan dari Sulut.
"Saya sudah sampaikan juga ke Bupati Talaud dan Kepala Dinas Pertanian, agar pengembangan serat Abaka ini menjadi prioritas pemerintah daerah," katanya menambahkan.
Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih berharap dukungan dari Irjen Kementan dapat segera terealisasi agar serat Abaka kembali dapat diekspor.
"Permintaan pasarnya sudah ada terutama ke Jepang," jelas Donni.
Di sela-sela kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Ketua Panitia Perayaan Paskah Nasional, Maringka menyempatkan diri bertemu dan berdialog dengan petani yang mengembangkan serat Abaka (Musa Textilis) di daerah tersebut.